Karenanya roh bisa hidup berdampingan dan saling berkomunikasi dengan manusia
Namun, pada suatu ketika Syarif Abdurrahman, pendiri serta sultan pertama di Kerajaan Pontianak menggusur pepohonan itu dan menjadikannya sebagai permukiman yang jadi cikal bakal Kota Pontianak.
Lebih lanjut menurut Timo Duile , sejak penggusuran itu dilaksanakan terjadilah perubahan sebutan terhadap roh tersebut menjadi pontianak atau kuntilanak yang merujuk pada penunggu pepohonan tinggi.
Hal ini juga membuat manusia modern mengidentikkan pohon besar, seperti beringin, sebagai tempat tinggal setan.
Lantas, apa alasan roh berubah menjadi seram dan identik dengan wanita?
Jawaban atas hal ini dapat ditemukan dalam riset sejarawan Nadya Karima Melati berjudul "Monsterisasi Perempuan dan Monoteisme" (2022).
Sebelum Timo Duile, Nadya telah lebih dulu melakukan riset kuntilanak sejak 2013 silam.
Dalam salah satu kesempatan, dia kemudian memaparkan jawaban menarik.
Baca Juga: 5 Arti Mimpi Lihat Kuntilanak, Bentuk dari Trauma atau Sekadar Imajinasi?
Menurut Nadya, pandangan seram itu terjadi karena kedatangan agama monoteisme.
Kehadiran monoteisme menolak adanya sosok spiritual lain selain Tuhan, Karenanya, pandangan roh bergeser menjadi hantu atau monster.
"Agama monoteisme diperkenalkan bersamaan dengan patriarki.
Mereka memperkenalkan konsep ketuhanan yang maskulin, menggeser kemudian menghancurkan kepercayaan lokal yang berhubungan dengan roh dan alam," tulisnya.
Berubahnya pandangan roh menjadi hantu tersebut selaras dengan pelekatan perempuan sebagai hantu.
Hal ini disebabkan karena perempuan memiliki pengalaman erat yang dekat dengan kematian.
Meski begitu, penggambaran kuntilanak sebagai perempuan yang menyeramkan sudah terlanjur membeka di pikiran masyarakat karena sering dipopulerkan oleh film dan cerita misteri.
Hal itu juga susah untuk diubah kembali.
Artikel ini telah tayang di Tribuntrends.com dengan judul Penasaran dengan Mitos Kuntilanak, Bule Jerman Lakukan Penelitian di Indonesia, Hasilnya Bikin Syok!
(*)