Find Us On Social Media :

Survei: Istri yang Bekerja Lebih Rentan Stres Daripada Suami, Kok Bisa?

By Yussy Maulia, Rabu, 13 September 2023 | 11:16 WIB

Di tengah kesibukan bekerja, banyak ibu di Indonesia yang masih memegang tanggung jawab utama untuk pekerjaan rumah.

Misalnya, jika terjadi masalah pada anak atau rumah, masalah itu seolah-olah menjadi tanggung jawab istri sepenuhnya. Di sisi lain, para istri dituntut untuk harus selalu kuat menghadapi apa pun yang terjadi. Akhirnya, para istri merasa sendirian karena tak ada yang mendukungnya.

Baca Juga: 28 Tahun Membina Rumah Tangga, Inul Daratista Akui Beruntung Dinikahi Adam Suseno

Pentingnya Ajak Suami untuk #MerawatBersama

Bagi sebagian perempuan, menjadi ibu rumah tangga sekaligus wanita karier mungkin adalah sebuah pilihan. Namun, bagi perempuan lainnya, berkarier adalah suatu keharusan demi menyejahterakan ekonomi keluarga.

ILO pun mengajak perempuan dan laki-laki untuk sama-sama berperan dalam #MerawatBersama keluarga untuk menciptakan lingkungan keluarga yang lebih sehat, harmonis, dan sejahtera.

Dalam #MerawatBersama dan mengerjakan pekerjaan domestik, perempuan dan laki-laki dapat menerapkan konsep kerja 5R, yaitu Recognize (Mengakui), Reduce (Mengurangi), Redistribute (Membagi), Reward (Menghargai), dan Representation (Representasi).

Staf Program ILO untuk Ekonomi Perawatan, Early Dewi Nuriana, mengatakan bahwa dengan konsep kerja 5R, maka perempuan dan laki-laki bisa sama-sama bertanggung jawab terhadap keluarga, tanpa mengurangi produktivitas pekerjaan mereka.

“Konsep 5R juga dapat mengarah pada perubahan sosial yang dapat mencegah perempuan meninggalkan dunia kerja demi mengurus rumah tangga,” kata Early, dikutip dari laman ILO.

Baca Juga: Punya Segudang Aturan Ketat di Rumah, Jennifer Bachdim Mulai Ajarkan Anak Jalani Tugas Domestik Rumah Tangga

Untuk perempuan, berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengajak suami berperan #MerawatBersama rumah tangga.

1. Akui bahwa bekerja sekaligus mengurus keluarga bukan hal mudah.

Sering kali, perempuan tidak mau mengakui, atau melakukan denial, bahwa mereka kesulitan membagi antara pekerjaan kantor dan rumah tangga. Tak jarang, perempuan merasa bersalah ketika tak bisa mengerjakan keduanya dengan baik.