Air banjir kemudian menyapu Wadi Derna, yakni sebuah lembah yang membelah kota, meruntuhkan bangunan-bangunan dan menghanyutkan orang-orang ke laut.
Menurut laporan media lokal, bendungan yang runtuh, dibangun pada tahun 1970an, tidak dirawat selama bertahun-tahun.
Banjir telah menyebabkan sedikitnya 30.000 orang di Derna mengungsi.
Menurut Organisasi Migrasi Internasional PBB, dan beberapa ribu lainnya terpaksa meninggalkan rumah mereka di kota-kota timur lainnya.
Lebih dari 3.000 jenazah telah dimakamkan kemarin pagi, sementara 2.000 jenazah lainnya masih diproses, sebagian besar korban tewas dikuburkan di kuburan massal di luar Derna.
Daerah lain yang terkena dampak termasuk kota Bayda, Susa, Um Razaz dan Marj, yang kehilangan jiwa sekitar 170 orang.
Korban tewas di Libya timur termasuk sedikitnya 84 warga Mesir, media Libya juga mengatakan puluhan migran Sudan tewas dalam bencana tersebut.
Menurut Ossama Ali, juru bicara pusat ambulans di Libya timur, ribuan orang masih dilaporkan hilang.
Walikota Derna Abdel Moneim al-Ghaithi mengatakan penghitungan akhir orang hilang di kota itu bisa mencapai 20.000, berdasarkan jumlah lingkungan yang tersapu banjir.
Petteri Taalas, kepala Organisasi Meteorologi Dunia PBB, mengatakan bahwa dengan sistem peringatan dini dan manajemen darurat yang tepat dapat menghindari sebagian besarnya korban jiwa.
Dia mengatakan lembaga-lembaga tersebut tidak berfungsi secara normal, dan upaya untuk membantu mereformasi sistem meteorologi Libya terhambat oleh ancaman keamanan.
Libya terpecah belah oleh pemerintahan yang bersaing, yaitu satu di timur, satu lagi di barat, salah satu dampaknya adalah pengabaian infrastruktur.
Artikel ini telah tayang di TribunNewsmaker.com dengan judul Video Mengerikan Jebolnya Bendungan di Libya, Air Bergemuruh, Menyapu 20 Ribu Orang Hingga Tewas
(*)