Namun, Alnaouq kehilangan kontak dengan salah satunya.
“Hati saya hancur. Sangat, sangat, sangat sudah untuk menjelaskannya sekarang,” kata dia.
Alnaouq menyesalkan serangan itu karena menargetkan bangunan warga sipil. Dia menyebut tidak ada satu pun militan atau aktibitas militer di area tempat tinggal keluarganya.
“Mereka (Israel) ingin membunuh sebanyak mungkin warga Palestina untuk mengintimidasi yang lainnya agar meninggalkan Jalur Gaza dan berpindah ke Sinai.
Alnaouq turut mengkritik media Barat yang menurutnya membela Israel.
Kata dia, Israel tidak bisa melancarkan serangan jika tidak mendapat “lampu hijau” dari media barat.
“Media Barat memberi Israel situasi yang tepat untuk melakukan sebanyak mungkin pembunuhan terhadap warga Palestina. Media Barat selalu menutupi dan memberikan pembenaran kepada orang Israel ketika mereka melakukan pembantaian terhadap warga Palestina.
Kendati demikian, Alnaouq menyebut masih ada sejumlah warga di negara-negara Barat yang mendukung Palestina. Hal itu ditunjukkan dengan adanya aksi unjuk rasa besar-besaran yang rutin digelar.
“Mereka menyukai perdamaian dan mereka menginginkan gencatan senjata. Sayangnya, pemerintah tidak memahami kehendak rakyatnya dan tidak mendengarkan apa yang sebenarnya diinginkan rakyat.
Alnaouq mengklaim sudah ada 10.000 orang yang tewas sejak perang meletus tanggal 7 Oktober lalu.
Meski korban jiwa sudah banyak, Israel mengatakan perang saat ini masih berada pada tahap awal.