Grid.ID - Bakti sosial kesehatan Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) di wilayah kepulauan Nusa Tenggara Barat berakhir.
Selama misi kemanusiaan yang berlangsung mulai 13 - 30 November tersebut RSTKA mengadakan kegiatan di 15 titik yang berada di tiga wilayah: Lombok Timur, Sumbawa Barat dan Sumbawa dengan total 638 pasien anak dan dewasa.
“Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dokter dan para relawan yang terjun di wilayah kami untuk membantu masyarakat yang tengah membutuhkan layanan kesehatan,” kata asisten I Bupati Lombok Varian Bintoro, saat penutupan acara yang diadalan di geladak kapal RSTKA yang sandar di pelabuhan Sumbawa disiarkan melalui zoom metting.Pelayanan kesehatan yang dilakukan tim kesehatan meliputi: jantung, bedah, pediatri kebidanan, dan mata. “Selain itu ditambah dengan penyuluhan stunting, penyuluhan menekan angka pernikahan pada ratusan siswa dari tujuh sekolah, sharing dengan dokter umum, perawat juga bidan, juga ternak ayam untuk peningkatan sosial ekonomi, serta beberapa kegiatan sosial lainnya,” kata dr. Sisca Dwi Agustina, koordinator kegiatan.
Direktur RSTKA dr. Agus Harianto, SpB, menjelaskan dalam pelayanan RSTKA yang kali mengambil tema, “Karena Setiap Orang Pulau Berharga” cukup istimewa karena menangani jenis sakit PJB (penderita jantung bawaan). “Kami katakan istimewa karena tindakan medis untuk penderita PJB tidak dilakukan di tempat tapi dirujuk ke RSU Dr. Soetomo. Karena penanganan PJB harus dilakukan dengan teknologi tinggi yang tentunya harus dilaksanakan di RS Dr. Soetomo. Untuk biaya selama proses pengobatan dikaver oleh BPJS sedang untuk biaya transportasi dan penginapan selama pengobatan RSTKA yang akan menangung,” kata dr. Agus yang dalam misi kali ini RSTKA di dukukung penuh oleh PT. Amman Mineral, sebagai sponsor tunggal.
Dokter Agus menambahkan setelah dilakukan skrining dari 98 pasien terdapat 6 orang pasien yang dipastikan mengalami masalah gangguan jantung yang terdiri 5 orang anak dan satu dewasa. Sedang untuk skrining mata, dari 113 pasien 98 pasien diantaranya pasien operasi katarak. Bagi masyarakat PJB yang tinggal di kepualauan bukan hal mudah mencari pengobatan karena itu sebagai lembaga yang concern di layanan kesehatan untuk masyarakat kepulaun dan terpencil pihaknya melakukan tindakan jemput bola dengan mendatangi pasien ke lokasi dimana berada.
“Sesuai dengan tema kami, ‘Semua Orang Kepulauan Berharga’, sehingga mereka juga berhak mendapat perhatian dan layanan seperti daerah lainnya,” papar dr. Agus mengucapkan terima kasih kepada PT. Astra Komponen Indonesia yang membatu memberikan alat ekokardiografi sebagai alat deteksi dinhi sakit jantung.Selain PJB, RSTKA juga concern untuk kasus stunting dimana untuk masyarakat kepaulaun prosentasenya cukup tinggi. Dari hasil skrining dari 224 anak, ada 57 yang mengalami stunting. “Karena itu selain memberikan asupan bergizi kami juga memberi edukasi kepada ibu-ibu,” tambah dr. Sisca.Dokter Agus Harianto menguraikan dalam misi ini RSTKA melibatkan 23 orang dokter spesialis dan dokter umum dari Unair, UGM serta RSUP Manambai. Jumlah tersebut ditambah dengan para relawan, perawat, ahli gizi, apoteker, juga dari ahli kesehatan masyarakat serta bidang lain. “Untuk penanganan pasien mata RSTKA didukung dokter mata dari fakultas kedokteran mata UGM sebanyak 7 orang dokter dan seorang dokter dari RSUP Manambai,” papar dr. Agus Harianto yang mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat delam tugas kemanusiaan ini. (gandhi wasono)