Sementara itu, melansir dari Banjarmasinpost.co.id, ayam tanpa bulu ternyata juga sempat diciptakan oleh seorang genetika, Avigdor Cahaner dari Hebrew University of Jerusalem.
Menurutnya, ayam bulu juga diklaim lebih cocok dipelihara di negara dengan suhu angat.
Tak seperti ayam ternak pada umumnya yang memiliki bulu hitam, putih, atau cokelat, ayam ini berwarna merah dan hanya tampak kulitnya saja.
Ia juga mengklaim ayam tanpa bulu memiliki kalori yang rendah, tumbuh lebih cepat, dan lebih ramah lingkungan.
Meski begitu, penemuannya tersebut juga sempat menuai kontra.
Yakni dari Tom Acamovic asal Scottish Agricultural College di Ayr, Skotlandia.
Dimana ia mengatakan ayam tanpa bulu lebih rentan terhadap suhu karena mutasi genetik acak.
Serta lebih mudah terinfeksi virus, digigit nyamuk, dan terpapar sinar matahari secara langsung.
(*)