Pasca kemerdekaan, tepatnya setelah berakhirnya perang-perang di tanah ibu pertiwi, negeri ini bak anak yang baru lahir.
Dari sini, peran seni rupa pun mengalami pergeseran. Tidak sekadar sanggar atau komunitas, namun seni rupa juga hadir dalam dunia pendidikan.
Di Indonesia, seni rupa mendapat ruang melalui lembaga pendidikan formal seperti ITB (Institut Teknologi Bandung) dan ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) di Yogyakarta.
Kehadiran pendidikan seni rupa ini menjadi ruang bagi anak-anak bangsa yang memiliki ketertarikan dalam dunia seni.
Kampus ASRI yang berada di Gampingan, Yogyakarta menjadi rujukan anak-anak bangsa yang tertarik pada seni rupa.
Dari kampus ini kemudian melahirkan berbagai seniman yang kelak memiliki nama di dunia seni rupa.
Dari kampus ini juga lahir kelompok-kelompok seni rupa. Kelompok-kelompok ini lahir karena latar belakang pertemanan, bahkan karena persamaan pemikiran antar anggotanya.
Salah satu kelompok yang lahir karena persamaan pemahaman antar anggota terkait seni rupa adalah Sanggar Bumi Tarung.
Anggotanya terdiri dari para perupa muda, mahasiswa ASRI. Mereka memiliki pemahaman bahwa seni rupa harus menggambarkan kehidupan sesama, kehidupan rakyat pada umumnya, dan adanya keberpihakan pada kelompok terpinggirkan.
Maka dari itu, tidak heran jika kebanyakan karya perupa dari Sanggar Bumi Tarung beraliran realis.
Dengan realis, akan memperlihatkan gambaran kehidupan masyarakat. Kelompok seni ini telah melahirkan para perupa yang memiliki idealisme tinggi, dan terbawa hingga saat ini.