Grid.ID - Bentara Budaya menghadirkan pameran seni bertajuk “Dua Petarung” oleh seniman Amrus Natalsya dan Misbach Tamrin.
Mereka merupakan aktivis seni yang tergabung dalam Sanggar Bumi Tarung, yang memiliki peran dalam perjalanan seni rupa Indonesia.
Di usianya yang sudah tidak muda lagi, semangat mereka untuk berkarya terus berkobar.
Mereka pun berkeinginan menampilkan karyanya dalam sebuah pameran.
Maka dari itu, pada kesempatan ini Bentara Budaya menggelar pameran yang akan mengajak para penikmat seni untuk mengingat kembali kelompok seni yang pernah mewarnai perjalanan seni di Indonesia, khususnya pada masa awal kemerdekaan.
Sebelum menuju pameran ini, ada baiknya kita bersama-sama menilik kembali jejak perjalanan seni di Indonesia.
Perjalanan seni Indonesia tentu sudah ada sejak sebelum masa kemerdekaan. Setiap masa meninggalkan jejaknya masing-masing.
Begitu juga dengan masa awal kemerdekaan. Pasca kemerdekaan, bangsa Indonesia mulai memasuki kehidupan baru termasuk pada bidang kesenian.
Semarak kehidupan berkesenian dari era revolusi tetap membara. Salah satu kesenian yang memiliki peran penting sejak masa revolusi adalah seni rupa.
Seni rupa selalu memberi warna, bahkan pada saat perang memperebutkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Kemudian, secara lebih luas seni rupa hadir pada ruang-ruang tertentu untuk mendukung kemerdekaan negeri ini.
Baca Juga: Pertemuan: Pameran Mikul Duwur Mendem Jero
Pasca kemerdekaan, tepatnya setelah berakhirnya perang-perang di tanah ibu pertiwi, negeri ini bak anak yang baru lahir.
Dari sini, peran seni rupa pun mengalami pergeseran. Tidak sekadar sanggar atau komunitas, namun seni rupa juga hadir dalam dunia pendidikan.
Di Indonesia, seni rupa mendapat ruang melalui lembaga pendidikan formal seperti ITB (Institut Teknologi Bandung) dan ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) di Yogyakarta.
Kehadiran pendidikan seni rupa ini menjadi ruang bagi anak-anak bangsa yang memiliki ketertarikan dalam dunia seni.
Kampus ASRI yang berada di Gampingan, Yogyakarta menjadi rujukan anak-anak bangsa yang tertarik pada seni rupa.
Dari kampus ini kemudian melahirkan berbagai seniman yang kelak memiliki nama di dunia seni rupa.
Dari kampus ini juga lahir kelompok-kelompok seni rupa. Kelompok-kelompok ini lahir karena latar belakang pertemanan, bahkan karena persamaan pemikiran antar anggotanya.
Salah satu kelompok yang lahir karena persamaan pemahaman antar anggota terkait seni rupa adalah Sanggar Bumi Tarung.
Anggotanya terdiri dari para perupa muda, mahasiswa ASRI. Mereka memiliki pemahaman bahwa seni rupa harus menggambarkan kehidupan sesama, kehidupan rakyat pada umumnya, dan adanya keberpihakan pada kelompok terpinggirkan.
Maka dari itu, tidak heran jika kebanyakan karya perupa dari Sanggar Bumi Tarung beraliran realis.
Dengan realis, akan memperlihatkan gambaran kehidupan masyarakat. Kelompok seni ini telah melahirkan para perupa yang memiliki idealisme tinggi, dan terbawa hingga saat ini.
Baca Juga: Pameran TV Art Kaca Paesan: Analog TV is Dead
Banyak nama seniman kondang dari Sanggar Bumi Tarung, namun dalam beberapa tahun terakhir ini banyak anggotanya telah berpulang ke alam abadi.
Terakhir, maestro Djoko Pekik, salah satu anggota sanggar ini pun telah berpulang pada bulan Agustus 2023 lalu.
Pada kesempatan ini, dua anggota dari Sanggar Bumi Tarung akan berpameran di Bentara Budaya Yogyakarta.
Amrus Natalsya dan Misbach Tamrin masih aktif melukis hingga saat ini diusinya yang telah melewati angka 80 tahun.
Amrus merupakan pelopor berdirinya Sanggar Bumi Tarung di Yogyakarta pada tahun 1961.
Bersama cita-citanya tentang kerakyatan, Amrus merasa penting akan kehadiran sebuah kelompok yang akan mewadahi ide tersebut.
Kemudian, ia dikenal dengan karya-karya patungnya yang mengagumkan, terutama untuk karya patung yang terbuat dari bahan dasar kayu.
Amrus adalah keturunan Minangkabau yang lahir pada hari Natal di Sumatera Utara. Ia merupakan perupa muda yang telah berpameran di berbagai kota.
Setelah perubahan politik di Indonesia pada tahun 1965, Amrus dan teman-temannya dari Sanggar Bumi Tarung ditahan oleh pihak berwajib.
Para perupa ini ditahan selama beberapa tahun, mulai dari lima tahun bahkan ada yang sampai tiga belas tahun di penjara.
Selama kurun waktu penahanan, mereka pun tidak bisa berkarya. Baru setelah keluar tahanan, mereka kembali memulai menciptakan karya.
Baca Juga: Kisah dari Desa: Ceramic Solo Exhibition 2023 oleh Asep Maulana Hakim
Begitu juga Amrus, tetap berkesenian sebagai pematung, dan memulai untuk melukis.
Pada masa pandemi Covid-19 kemarin, ia lebih banyak melukis tentang kondisi negeri ini akibat pandemi. Karya-karya inilah yang akan dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta.
Selanjutnya, Misbach Tamrin seorang perupa dari Banjarmasin yang dikenal dengan lukisan-lukisan realisnya.
Misbach juga termasuk salah satu anggota Sanggar Bumi Tarung, dan merupakan anggota termuda kala itu.
Ia tidak lama tinggal di Yogyakarta. Pada tahun 1964 ia pulang ke Banjarmasin, kemudian satu tahun kembali ke Yogyakarta dan ia ditahan oleh pihak berwajib sama seperti kawan-kawan sanggarnya.
Inilah sebuah konsekuensi dari sikap dan pilihan yang ia lakukan sebagai aktivis seni rupa.
Misbach ditahan selama tiga belas tahun penjara. Hal ini pun membuat ia tidak bisa berkarya dalam kurun waktu itu.
Dalam pameran ini, Misbach akan menampilkan karya-karyanya yang berbicara tentang aktivitas Sanggar Bumi Tarung bersama dengan masyarakat.
Seperti lukisannya yang menggambarkan aktivitas Sanggar Bumi Tarung dengan masyarakat nelayan di Pantai Trisik.
Amrus dan Misbach adalah dua gambaran para perupa dari Sanggar Bumi Tarung.
Mereka telah bersahabat sejak masih muda, hingga menanggung nasib yang sama dengan menghabiskan waktu beberapa tahun menjadi tahanan pemerintah.
Baca Juga: Pameran Tunggal Herjaka HS: Bumi Sriwedari, Apakah Bumi Kita Sedang Baik-baik Saja?
Suasana politik yang berubah di era reformasi menjadikan para perupa Sanggar Bumi Tarung tampil kembali dalam dunia seni. Meskipun, beberapa dari mereka sudah tampil secara pribadi.
Perupa-perupa kondang dari Sanggar Bumi Tarung seperti Djoko Pekik, Amrus Natalsya, Misbach Thamrin, dan Harjiyo yang namanya dikenal para pecinta seni rupa.
Pameran yang akan digelar di Bentara Budaya Yogyakarta ini mengajak kita untuk mengingat sebuah kelompok seni dengan kobaran semangat keberpihakannya pada kehidupan masyarakat Indonesia secara luas. Ideliasme inilah yang menjadi semangat Sanggar Bumi Tarung.
Bentara Budaya mengundang #SahabatBentara untuk hadir pada pameran bertajuk “Dua Petarung” ini.
Mari bersama-sama kita mengapresiasi dua perupa yang telah mendedikasikan hidupnya dalam dunia kesenian.
Selamat berpameran Amrus Natalsya dan Misbach Tamrin! (*)