"Dari lantai saya ada kanopi, baru loncat ke bawah.
Kalau bukan karena Allah, saya sudah mati," ungkap Umi Pipik.
Api sendiri saat itu diceritakan Umi sudah melahap rumah hampir sama dengan ketinggian rumah.
Bahkan mustahil bagi ia dan anak-anak bisa loncat dari balkon.
"Allah punya cara mustahil lagi, yang menurut kita ini udah mustahil buat selamat," kata Umi Pipik.
Kendati demikian, Umi Pipik merasa bersyukur ia dan anak-anak bisa berhasil selamat.
Meski tak dipungkiri, rasa trauma akibat kejadian itu masih dirasakannya hingga sebulan usai kejadian.
"Hampir sebulan aku trauma, dengar mobil pemadam kebakaran, aku tutup kuping, dengar berita kebakaran, aku teriak. Nggak sanggup," tandas Umi Pipik.
(*)