Grid.ID — Daya pikir kritis diperlukan dalam menyikapi perkembangan teknologi, termasuk pada kecerdasan buatan atau artificial intelligence atau AI.
Dengan demikian, teknologi tak akan menjadi ancaman ataupun sesuatu yang merugikan.
Sebaliknya, teknologi itu dapat dimanfaatkan untuk menunjang produktivitas, bahkan memberi banyak kesempatan bagi generasi muda.
Demikian salah satu hal yang mengemuka pada CEO Goes to Campus ”Revolutionizing Youth Engagement: Thriving in the Digital Frontier” di Universitas Islam Syarif Hidayatullah (UIN Jakarta), Kota Tangerang Selatan, Banten, Selasa (19/12/2023).
Acara ini merupakan rangkaian Kompas100 CEO Forum Powered by PLN.
Group Head of PAC Shared Service GoTo Nanang Chalid mengatakan, teknologi hadir untuk membangun peradaban.
AI memang menjadi tantangan. Namun, yang utama ialah terkait manusia yang berada di belakang teknologi tersebut.
Dengan pola pikir yang benar, serta daya pikir kritis, AI dapat bermanfaat.
Ia mencontohkan, mesin AI yang paling sederhana, yakni memproses data dalam e-commerce, yang menghubungkan calon pembeli dan penjual di lokasi yang dekat.
”Misalnya, calon pembeli di Tangerang mencari toko makanan di sekitar Tangerang, dan itu bisa.”
“Itu positif. Namun, jika AI disalahgunakan untuk praktik-praktik tertentu juga bisa berbahaya,” ujar Nanang.
Baca Juga: Sederhana Makan di Pinggir Jalan, Bapak-Bapak ini Ternyata CEO dengan Kekayaan Rp664 Triliun