Grid.ID - Pernah dengar soal Pasar Jodoh?
Ya, sesuai dengan namanya, pasar ini adalah lokasi yang tepat bagi para kaum jomblo untuk mendapat pasangan.
Pasar Jodoh terletak di wilayah Desa Parean Girang, Kecamatan Kandanghaur, tepat di samping Alun-alun Kandanghaur Indramayu, Jawa Barat.
Tempat tersebut merupakan lokasi yang sangat legendaris dan sudah didatangi oleh berbagai kalangan sejak puluhan tahun silam.
Melansir Tribun Jabar, disebutkan sudah banyak gadis dan perjaka yang menemukan jodoh mereka di pasar ini.
Bahkan, menurut penuturan warga setempat, rumah tangga pasangan yang bertemu jodoh di lokasi ini awet hingga tua.
Lalu seperti apa sih asal usul Pasar Jodoh di Indramayu ini?
Meski disebut sebagai pasar, tapi tempat ini bukanlah seperti pasar komersial yang menjajakan gadis ataupun pemuda loh.
Pasar Jodoh merupakan pusat pertemuan, baik laki-laki maupun perempuan, yang hendak menimba air sumur.
Para pemuda dan gadis single bisa datang ke sumur tersebut lalu berkenalan, saling memantapkan hati, hingga akhirnya menikah jika memang dirasa cocok.
Baca Juga: Venna Melinda dan Ferry Irawan Diterawang Tak dapat Jodoh di 2024, Begini Penglihatan Roy Kiyoshi
Seorang warga lokal, Nurani (38), menceritakan betapa Pasar Jodoh sangat melegenda dan begitu diminati.
Nurani sendiri merupakan salah satu wanita yang menemukan pasangan lewat pasar tersebut.
Menurutnya, puncak keramaian Pasar Jodoh terjadi sekitar tahun 90-an.
Pasar jodoh lebih dikenal dengan istilah "jaringan" oleh masyarakat sekitar.
Jaringan merujuk pada tradisi untuk menjaring pasangan hidup.
"Di sini memang ajang pertemuannya laki-laki dan perempuan."
"Apalagi kalau terang bulan, kan nelayan-nelayan pada balik dari melaut," kata Nurani seperti dikutip Grid.ID pada Selasa (2/1/2024).
Melansir Tribun Trends, sejarah Pasar jodoh bermula dari kemarau panjang yang terjadi di daerah tersebut.
Melihat wilayah Indramayu yang dilanda kekeringan, Pangeran Dryantaka pun membuat sumur sebagai sumber mata air.
Sumur yang diberi nama Temenggung itu konon tidak pernah kering sepanjang tahun.
Pangeran Dryantaka mempersilakan masyarakat untuk mengambil air di sumur tersebut.
Nah, di sanalah kemudian masyarakat saling bertemu untuk menimba air dan ujung-ujungnya terjadilah perkenalan.
Dari tujuan awalnya datang untuk menimba air, warga lambat laun memakai momen tersebut untuk mencari jodoh.
Ditambah lagi warga dari desa lain pun ikut datang karena penasaran dan ingin membuktikan peruntungan mereka dalam mencari jodoh.
Maka sejak itu, sumur Temenggung pun berubah jadi Pasar Jodoh.
Nurani bercerita, di wilayah sumur ini dahulu banyak sekali pedagang yang berjualan.
Banyak pula laki-laki dan perempuan yang sengaja nongkrong di sana untuk berikhtiar cari pasangan.
Dari situlah perkenalan di mulai.
Saling memperkenalkan nama, rumah, pekerjaan, dan sebagainya.
Jika ada yang merasa saling cocok, para pemuda dan gadis itu akan menjalin hubungan.
Baca Juga: Belum Lagi Menikah Usia Cerai dari Muzdalifah, King Nassar Berharap Kembali dapat Jodoh
Proses ini dikenal dengan sebutan sanja.
"Pada tahun 2010 itu masih ramai, cuma ke sininya sepi sampai sudah tidak ada lagi."
"Kan zaman sekarang bisa kenalan lewat facebook lewat apa, serba online," tandas Nurani.
(*)