Find Us On Social Media :

Viral Pedagang Kain Kuasai 8 Bahasa, Dagangan Laris Dibeli Bule Hingga Raup Untung Jutaan Rupiah Sehari

By Ulfa Lutfia Hidayati, Kamis, 4 Januari 2024 | 10:02 WIB

pedagang viral yang bisa 8 bahasa

Grid.ID - Sosok pedagang kain ini viral karena kemampuannya berbicara 8 bahasa asing.

Berkat keterampilanya dalam menguasai 8 bahasa asing ini, para pelanggan bule ramai membeli dagangannya.

Bahkan pedagang di Lomboh Tengah bernama Baiq Mahnep itu bisa meraup untung hingga jutaan rupiah per harinya.

Melansir Tribunstyle.com, Baiq merupakan pedagang kain tenun asal Gubuk Lentas, Dusun Rebuk I, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.

Sehari-hari, ia biasa menjual berbagai jenis kain tenun khas Lombok dengan macam-macam motif dan harga.

Ia merupakan tamatan SMA, namun sempat kuliah jurusan Pendidikan Bahasa Inggris namun tidak selesai.

Berjualan sejak tahun 1999, Mahnep berusaha membangun interaksi dengan bule saat menjajakan dagangannya.

Hal ini membuat Mahnep mantap untuk belajar beberapa bahasa asing secara autodidak.

Berkat kegigihannya, Mahnep berhasil menguasai bahasa Inggris, Italia, Spanyol, Perancis, Jerman, Belanda, Rusia, dan Jepang.

Baca Juga: 10 Ucapan Selamat Natal 2023 dalam Bahasa Jawa Beserta Artinya, Cocok Buat Posting di Instagram hingga Kirim ke WhatsApp Keluarga

Caranya dalam belajar bahasa baru ternyata sangat sederhana.

Pertama ia akan belajar pengucapannya, kemudian lanjut memelajari tulisannya.

Kata-kata yang dikuasai merupakan bahasa dasar yang digunakan dalam percakapan sehari-hari.

"Setelah kita pelajari pengucapannya terus kita pelajari tulisannya untuk bahasa-bahasa dasar seperti apa kabar dan sebagainya," beber Mahnep, dikutip dari TribunLombok.

Memang kata Mahnep, rata-rata pedagang asongan di Mandalika mahir dalam berbahasa Inggris.

Akan tetapi kata Mahnep, di kawasan Kuta, Mandalika, baru dirinya yang bisa menguasai 8 bahasa.

"Mungkin kalau yang dari luar Kuta ada," kata dia.

Berkat kemampuannya ini, banyak Turis kepincut kepada Mahnep saat berjualan.

Bahkan diakuinya, ia lebih banyak membuat Bule tertarik ketimbang sesama pedagang asongan lainnya di kawasan itu.

Baca Juga: AHY Definisi Dicintai Secara Ugal-ugalan, Annisa Pohan Bagikan Foto Bukti dan Effortnya Ia Saat sang Suami Naik Pangkat: Membahagiakan Mantan

Berkat kemampuannya itu, ia berhasil meraup penghasilan hingga jutaan rupiah seharinya.

Pada Selasa (2/1/2023) saja, Mahnep menyebutkan sudah mendapatkan keuntungan hingga Rp 1 juta dari hasil dirinya berjualan.

"Kalau ditanya soal penghasilan sekarang aja saya dapat Rp 1 juta upah bersihnya," ungkapnya.

Bocah Kamboja Bisa 16 Bahasa

Tuch Salik, bocah asal Kamboja sempat viral di media sosial karena kemampuannya berbicara menggunakan lebih dari 10 bahasa.

Videonya viral pada 2018 ketika ia berbicara menggunakan Bahasa Mandarin dengan seorang turis asal Malaysia sambil menjajakkan keranjang suvenir di sekitar obyek wisata Angkor Wat.

Turis tersebut kemudian mencoba mengajaknya berbicara menggunakan Bahasa Perancis, Bahasa Kanton, Jepang hingga 11 bahasa saat itu.

Video itupun akhirnya menjadi viral secara global dengan lebih dari 5.000 tanggapan, dan 532.000 tayangan serta mendapat perhatian publik secara luas.

Salik berasal dari keluarga sederhana yang tinggal di sebuah rumah tak jauh dari obyek wisata Angkor Wat.

Baca Juga: Innalillahi, Presiden Jokowi Umumkan Kabar Duka, Sang Kepala Negara Ungkap Sifat Asli Almarhum sampai Minta Doa ini

Ibu Salik, Mann Vanna adalah penjual syal dan pakaian sedangkan ayahnya adalah seorang seniman yang menjual lukisan.

Melansir dari CGTN, Salik mendapatkan kemampuannya belajar berbagai bahasa dari para turis yang ia temui selama berjualan di sekitar Angkor Wat.

"Saya berjualan setiap hari, satu hari, dua, tiga, empat, satu bulan, dua bulan dan akhirnya saya bisa berbicara sedikit lebih baik," ujarnya.

Setelah viral, nasib Salik pun berubah drastis.

Berbagai bantuan mengalir ke keluarga Salik dan seorang pengusaha Kamboja membiayai keluarganya pindah ke Phnom Penh dan memberikan pekerjaan orang tuanya yaitu mengelola toko pakaian.

Pengusaha tersebut juga membantu melunasi utang keluarga Salik sekaligus mensponsori studinya di sana.

Salik kemudian menarik perhatian pendiri Hailiang Education Group yang merupakan sekolah swasta besar di China yang berusaha membatu terwujudnya mimpi Salik belajar ke China.

(*)