Singkat kata, Ubrux dapat bekerja dengan disiplin diri. Dia mampu mencerna pemikiran-pemikiran tentang Ratu Adil dalam buku Sindhunata, dan mewujudkannya secara visual.
Hasilnya seperti yang Anda nikmati dalam ilustrasi buku, dan pameran ini.
“Bagaimana pada setiap zaman selalu ada harapan akan ‘Ratu Adil’, bagaimana peristiwa-peristiwa menandai pergolakan sejarah, itulah yang kemudian menjadi sekuel karya-karya Budi Ubrux dalam pameran ini,” tulis Agus Noor selaku kurator pameran dalam tulisan kuratorialnya yang berjudul “Ayam Jago-Presiden Nganu”.
Sejarah menunjukkan bahwa rakyat kecil tidak menyerah meski memiliki segala keterbatasan.
Mereka masih berusaha melawan sistem yang tidak adil.
Sebagian besar perlawanan dari rakyat kecil akan mengalami kekalahan.
Namun kekalahan ini tidak menumbangkan harapan yang diberikan pada perlawanan mereka.
Harapan untuk hidup bebas dari segala penindasan menjadi hal yang tetap harus kita pertahankan.
“Saat ini kita memang sedang ‘unhappy’ lantaran belum menemukan ‘hero’. Namun, jangan terlalu murung. Kita masih dapat menemukan para “hero” dalam sejarah khazanah perjalanan bangsa.”
“Mereka adalah para pahlawan, perintis, dan pendiri bangsa yang memiliki mimpi besar tentang Indonesia dan bekerja keras (bahkan dengan mempertaruhkan nyawa) untuk mewujudkannya.”
“Dengan terus menyadari dan menyerap spirit mereka, kita tidak akan kehilangan harapan akan masa depan bangsa,” kata Ilham Khoiri selaku General Manager Bentara Budaya dalam katalog pameran.
Baca Juga: Pertemuan: Pameran Mikul Duwur Mendem Jero