Beruntung, dirinya mengungkapkan saat kapalnya mengalami kebocoran ombang di perairan sedang tidak terlalu besar dan membuat ketiganya masih bisa bertahan menunggu bantuan datang.
"Kami berupaya menutupi lambung kapal yang pecah tersebut dengan kain, namun tidak berhasil."
"Akhirnya kapal karam sampai di bagian atap. Kami bertahan di atas atap rumah kapal tersebut," kata Rinal.
Dirinya mengakui saat berlayar dari Banda Aceh sempat singgah dan berlindung di Kepulauan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar lantaran cuaca yang buruk.
Dari situ, ketiganya memutuskan untuk pergi menuju perairan barat Pulau Weh, Kota Sabang untuk mencari dan menangkap ikan.
Sementara itu dikutip dari laman Tribunnews.com, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh, Aliman menyebutkan kapal yang digunakan tidak mengalami kerusakan sebelum berangkat.
Pihaknya juga menyebutkan, saat hendak berangkat keadaan laut sedang mengalami adanya badai.
"Padahal menurut mereka (nelayan), seng lapisan luar tidak rusak. Memang saat itu di laut sedang agak badai," ujar Aliman.
Dari adanya peristiwa ini Aliman mengimbau agar nelayan yang ingin berangkat melaut untuk selalu memastikan kondisi badan kapal.
Tak hanya itu, pihaknya juga memastikan agar nelayan mematuhi imbauan cuaca dari BMKG.
Aliman mengungkapkan bahwa sebenarnya pada 26 Desember sudah ditetapkan sebagai hari pantang melaut karena adanya peringatan bencana tsunami.
"Kalau pergi melaut nelayan juga tidak boleh lupa membawa life jacket. Satu hal lagi yang paling penting, agar melapor dan mendapatkan izin dari Syahbandar perikanan sebelum berangkat melaut," ungkap Aliman.
(*)