“Tapi aku sudah menghabiskan banyak uang, waktu, tenaga, dan pikiran untuk bisa berada di sini. How could I just let it go?”
Zahid Ibrahim berpendapat bahwa, kita pernah memilih berada di suatu bidang karena prediksi kita bahwa menggelutinya akan memberikan return yang cukup baik.
Namun, saat semuanya tidak sesuai prediksi, waktu, energi, dan emosi yang telah kita salurkan selama ini tidak bisa kembali lagi.
Mereka adalah sumber daya yang sudah terpakai dan tidak bisa dikembalikan lagi meskipun kita bertahan sehingga kita tidak bisa menjadikan itu satu-satu alasan untuk bertahan.
Saat kamu sedang mempertimbangkan untuk berhenti atau bertahan, yang perlu dilakukan adalah memikirkan sumber daya yang dimiliki sekarang dan menavigasikan untuk kesempatan lain yang mungkin lebih baik.
Kita tidak perlu terlalu stress menyalahkan diri sendiri untuk keputusan yang sudah kita buat.
Bagian dari ketangguhan itu juga adalah memahami dan menerima kenyataan, lalu membuat keputusan serasional mungkin untuk langkah yang akan kita ambil selanjutnya, tulisnya pada newsletter miliknya.
Membuka Diri: Bertanya, Berkonsultasi, dan Membaca
Saat berada di fase kebingungan ini, penting untuk membuka diri kepada orang lain.
Zahid Ibrahim memaparkan bahwa ia bertanya dan berkonsultasi dengan 2 tipe orang; yang pernah mengalami hal yang sama namun bertahan dan yang berhenti.
Keduanya penting untuk memberikan sudut pandang dan petuah berdasarkan pengalamannya.
Saat mempertimbangkan hal yang sama, akan sangat baik apabila kamu mendatangi orang-orang demikian, mentor, orang tua, dan pihak yang menurutmu bijaksana untuk mendapatkan secercah evaluasi dari niatmu.