Jika divaluasi, kerja-kerja yang dilakukan oleh kelima partisipan ini setara dengan 64 hingga 258 persen dari gaji mereka saat ini atau gaji mereka terakhir kali ketika bekerja.
Baca Juga: Diskon Seru Sambut 39 Tahun Elex Media: Joyful Inspirations
Penemuan ini menjadi penting, sebab selama ini kerja perawatan seringkali dianggap tidak berharga dan tidak penting.
“Walaupun perempuan melakukan pekerjaan perawatan, tapi itu dianggap biasa. Sehingga rekognisi terhadap pekerjaan perawatan sendiri masih sangat kurang bahwa itu pekerjaan bernilai dan produktif,” kata Early D. Nuriana, Koordinator Program ILO untuk Pekerjaan Perawatan.
Menurut Early, hal ini juga tidak luput dari konstruksi sosial yang sudah terbentuk sejak berabad-abad lamanya.
“Apa yang terbentuk di dunia kita bahwa dominasi pekerjaan perawatan dilakukan oleh dominasi perempuan karena memang ada konstruksi sosial yang sudah mengakar lama,” lanjutnya.
Karena itulah Early merasa penting untuk memvaluasi kerja-kerja perawatan, terutama dari sisi jam kerja, dan mengkonversi jumlah kerja tersebut dengan gaji rutin yang diterima dari pekerjaan atau berdasarkan upah minimum yang berlaku.
Hal ini guna membuktikan bahwa kerja perawatan itu sangat penting, bernilai, dan produktif.
“Dengan mengkonversikan jam kerja perawatan yang dilakukan per hari, per minggu hingga per bulan dalam bentuk pendapatan akan menyadarkan betapa kerja perawatan ini sangat memiliki nilai ekonomi, yang selama ini dianggap sebagai pekerjaan yang tidak produktif dan tidak perlu berbayar,” jelas Early.
Ia melanjutkan, kesadaran akan nilai ekonomi dari pekerjaan perawatan ini dapat secara bertahap mengubah persepsi dan pola pikir masyarakat tentang pentingnya kerja perawatan.
Pekerjaan ini juga sangat penting untuk kesejahteraan semua individu dalam keluarga dan produktivitas bagi pekerjaan laki-laki dan perempuan.
Hasil dari eksperimen sosial ini juga semakin menegaskan survei ILP mengenai persepsi masyarakat terhadap pekerjaan perawatan.