2. Mayoritas Partisipan Sudah Menganggap Kerja Perawatan Penting, tapi…
Kelima partisipan sebenarnya sudah ada kesadaran bahwa kerja perawatan sangat penting dan membebani perempuan.
Namun, masih ada bias gender yang mewarnai pemahaman mereka.
Misalnya, yang paling kentara, kerja perawatan bernilai ekonomi tapi sebaiknya perempuan yang melakukannya karena lebih baik kualitas kerjanya ketimbang laki-laki.
Atau kerja perawatan anak terhadap orangtua juga merupakan wujud bakti dan balas budi.
3. Mayoritas Tak Mendapat Dukungan Cukup
Kelima partisipan mengaku tidak dapat dukungan yang cukup, baik secara fisik maupun mental.
Untuk itu, Early dari ILO menegaskan perlunya berbagai dukungan baik dari perusahaan maupun dari sistem jaminan sosial.
“Selain mengakui kerja perawatan sama pentingnya dan bernilai produktif dengan pekerjaan-pekerjaan lain, perlu adanya pengakuan terhadap pekerjaan-pekerjaan perawatan yang tidak berbayar melalui sistem jaminan sosial, seperti cuti berbayar untuk melakukan perawatan keluarga, sehingga perempuan masih dapat terus bekerja dan berpenghasilan,” jelasnya.
Dukungan-dukungan ini dapat meningkatkan partisipasi kerja perempuan yang saat ini berkisar 54,42 persen menjadi 70 persen sesuai dengan target Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2045.
(*)