Find Us On Social Media :

Niat Hati Ingin Ritual, 16 Anggota Paguyuban Tersesat di Gunung Pangrango, Kaki Terkilir hingga Kelelahan

By Ines Noviadzani, Selasa, 30 Januari 2024 | 15:49 WIB

Sejumlah anggota paguyuban tersesat di Gunung Pangrango saat akan lakukan ritual

Laporan Wartawan Grid.ID, Ines Noviadzani

Grid.ID - Sebelumnya ramai diberitakan sejumlah pendaki yang tersesat di Gunung Pangrango.

Ternyata sebanyak 16 orang (sebelumnya disebut 13) bukanlah pendaki melainkan anggota dari suatu paguyuban.

Dilansir dari Tribun Trends, enam belas orang yang sebelumnya tersesat merupakan anggota dari Paguyuban Sir Buni Kasih.

Diketahui kejadian tersebut terjadi pada Minggu (28/1/2024) dan berhasil dievakuasi oleh tim SAR pada (29/1/2024).

Kegiatan yang akan dilakukan oleh anggota paguyuban tersebut adalah mengunjungi berbagai macam sumber air atau curug yang ada di Gunung Pangrango.

Ketua Paguyuban, Dedi Saefullah membenarkan hal tersebut.

"Kalau saya sering, kalau yang lain ada yang baru, ada yang pernah. Dan memang di sini koordinasi dengan polhut (polisi hutan)," ujar Dedi.

Para anggota paguyuban berhasil ditemukan di Blok Pasir Pogor, Desa Cibedug, Kecamatan Ciawi, Bogor.

Baca Juga: Innalillahi, 7 Mahasiswa Politeknik Negeri Padang yang Terjebak saat Erupsi Gunung Marapi Dikabarkan Meninggal Dunia

Kondisi anggota paguyuban itu pun kelelahan hingga dua orang mengalami kondisi terkilir.

Melansir dari Kompas.com, rupanya tak hanya orang dewasa yang mengikuti kegiatan tersebut.

Terdapat seorang anak berusia 12 tahun ikut serta dalam rombongan.

"Jadi bukan ziarah ya, jadi lebih ke tadabur alam, saya berangkat 16 orang awalnya 13 orang, tapi ada anaknya dari rombongan nangis pengen ikut. Ikut sama bapaknya," jelas Dedi.

Sebelum menyadari rombongannya tersesat, dua curug sudah dikunjungi dan hendak pulang namun hal itu terkendala oleh cuaca ekstrim.

"Curug Cijambe, sudah nyampe, ke arah pulang, kendala kan ada hujan jadi di luar jangkauan. Kita sudah planning dan kenyataan berbeda.

Ketika cuaca (buruk) harus sigap dan menentukan bermalam, karena cuaca ekstrim kita di sini.

Jadi ada keterlambatan, kalau hujan deras nggak, kabut sama hujan rintik lama. Yang bikin sulit karena gelap dan hujan," terang Dedi.

(*)