Laporan Wartawan Grid.ID, Ines Noviadzani
Grid.ID - Tersangka atas kasus meninggalnya Dante, anak dari Tamara Tyasmara dan Angger Dimas ternyata tak memiliki sertifikasi untuk jadi pelatih renang.
Kasus kematian Dante masih menjadi sorotan publik.
Usai ditetapkannya tersangka YA, masih terdapat banyak hal yang harus diusut lebih dalam.
Dilansir dari Tribun Seleb, aksi YA mencoba tenggelamkan korban untuk melatih pernapasan rupanya hanya alasan.
YA yang merupakan mantan kekasih Tamara itu berdalih dirinya tengah melatih pernapasan Dante saat berenang.
Alasan tersangka sedang mencoba melakukan latihan pernapasan itu dibenarkan oleh Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya Triputra.
"Saat diperiksa, alasannya tersangka melakukan latihan pernapasan, dengan menyelem-nyelaman, nanti itu akan kita cocokkan dengan CCTV," ujar Wira.
Kendati mengaku tengah melatih pernapasan pada mendiang Dante, YA rupanya tak kantongi sertifikasi sebagai pelatih renang.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan tersangka tidak memiliki sertifikasi atau kualifikasi untuk melakukan atau melatih berenang, demikian juga untuk menyelam," ujarnya.
Hal itu menjadi bukti lain atas dugaan pembunuhan berencana yang dilakukan oleh tersangka YA.
Baca Juga: Kekasih Tamara Tyasmara Berdalih Tenggelamkan Dante untuk Latih Pernapasan, CCTV Ungkap Kekejaman YA
Namun terkait dugaan pembunuhan berencana, polisi masih terus melakukan penyelidikan.
"Soal indikasi pembunuhan berencana, nanti kami dalami lagi, namun dari Pasal yang kami terapkan, kami sudah menerapkan Pasal pembunuhan berencana," terang Wira.
Diketahui saat melakukan aksinya, YA ternyata sempat dipergoki oleh seorang lifeguard atau penjaga kolam renang.
Namun saat lifeguard melewatinya, YA langsung mengangkat tubuh Dante.
"Ketika ada lifeguard yang lewat jadi dia angkat. Jadi ini seperti merencanakan (pembunuhan) bahwa jangan sampai ketahuan dan kematian korban seakan-akan karena tenggelam," terang Wira.
Sementara dilansir dari Kompas.com, senada dengan kasus kematian Dante, menitipkan anak kepada orang terdekat justru tidak menjamin keamanan sang anak.
Hal itu lantaran orang-orang terdekat biasanya mengetahui seluk beluk hingga kelemahan korban.
Seorang psikolog forensik bernama Reza Indragiri Amriel ikut memberikan tanggapannya.
Reza mengatakan terdapat dua kemungkinan seseorang melakukan tindakan kejahatan, yaitu motif emosional dan instrumental.
"Entah itu harta, popularitas, cinta, atau manfaat lainnya yang memang hanya bisa diraih oleh si tersangka kalau dia menghabisi korbannya," ujar Reza.
(*)