Find Us On Social Media :

Innalillahi, Lawan Main Arya Saloka Hampir Meninggal Gegara Kejang Saat Tidur, Penyakit ini Penyebabnya

By Ulfa Lutfia Hidayati, Kamis, 15 Februari 2024 | 12:32 WIB

Amanda Manopo dan Arya Saloka

Grid.ID - Lawan main Arya Saloka ternyata mengidap penyakit yang membuatnya kejang saat tidur.

Ya, mungkin tidak banyak yang tahu kalau Amanda Manopo, lawan main Arya Saloka di sinetron Ikatan Cinta ternyata punya riwayat penyakit ini.

Bahkan penyakit Amanda Manopo itu sempat kambut di lokasi syuting.

Artis muda itu mengungkap penyakit yang dideritanya saat menjadi bintang tamu Youtube Kemal Pahlevi edisi (16/10/2023).

Dalam video tersebut, Amanda Manopo mengaku mengidap epilepsi.

Melansir Kompas.com, epilepsi adalah kondisi gangguan pada otak dengan gejala kejang berulang, yang diakibatkan lepasnya muatan listrik neuron otak secara berlebihan.

Biasanya, kondisi kejang berulang ini disertai dengan hilangnya kesadaran.

Menurut Amanda, penyakit yang ia derita membuat bagian otaknya sedikit bermasalah apalagi saat kelelahan.

"Iya dan itu (waktu syuting berantakan) nggak sehat, itu nggak sehat untuk bagian otak, apalagi kan gue juga ada bermasalah kan di bagian otak gue juga, jadi gue nggak mau terlalu forsir," ucap Amanda Manopo.

Baca Juga: Sifat Asli Amanda Manopo di Belakang Kamera Terbongkar, Ternyata Kerap Lakukan ini Tiap Jumat

"Hah bermasalah kenapa Amanda?" tanya Kemal Palevi.

"Gue epilepsi," saut Amanda Manopo menunjuk dirinya sendiri.

Amanda juga menyebut penyakitnya itu bisa kambuh sewaktu-waktu.

Apalagi saat tenaga dan pikirannya terlalu diforsir.

"Gue ada epilepsi, jadi kalo gue udah capek, udah capek banget, forsir, itu gue tumbang," kata Amanda Manopo.

Parahnya, Amanda juga mengaku sempat kejang-kejang saat tertidur.

"Tidurnya nggak nyaman, kalo aku lebih berasa tidur, jadi tidur tuh kaya kejang," ujar Amanda Manopo.

Meski pernah kambung di lokasi syuting, Amanda kini sudah bisa mengontrolnya dengan baik.

"Kalo di lokasi sempet kaya cuma, lagi dialog, tiba-tiba langsung lewat aja," kata Amanda Manopo.

Baca Juga: Pangling Lihat Penampilan Amanda Manopo Sekarang, Makin Cantik Kebangetan, Diduga Operasi Plastik Gegara Perubahan Tubuhnya

"Tapi kalau kambuh di lokasi istirahat bentar, kalau sekarang aku udah bisa kontrol," ujarnya.

Untuk berjaga-jaga, Amanda juga meminta tolong kepada asistennya.

Amanda Manopo meminta sang asisten untuk memiringkan badannya saat kambuh.

Apalagi jika saat kambuh ia mengeluarkan buih dari mulutnya.

Penyebab Epilepsi

Lalu, apa sebenarnya penyebab epilepsi yang dialami Amanda Manopo.

Melansir Mayo Clinic, sebagian besar penyebab epilepsi belum bisa diketahui.

Namun, dalam beberapa kasus, epilepsi bisa disebabkan oleh beberapa faktor berikut ini.

1. Pengaruh genetik

Baca Juga: Penampilannya Bikin Pangling, Amanda Manopo Oplas?

Beberapa jenis epilepsi terjadi dalam keluarga.

Dalam kasus ini, kemungkinan ada pengaruh genetik.

Peneliti telah mengaitkan beberapa jenis epilepsi dengan gen tertentu.

Namun, bagi kebanyakan orang, gen hanyalah bagian kecil dari penyebab epilepsi.

Gen tertentu bisa membuat seseorang lebih peka terhadap kondisi lingkungan yang memicu kejang.

2. Trauma kepala

Trauma kepala akibat kecelakaan mobil atau cedera traumatis lainnya dapat menyebabkan epilepsi.

3. Kondisi otak

Kondisi otak yang menyebabkan kerusakan pada otak, seperti tumor otak atau stroke, dapat menyebabkan epilepsi.

Baca Juga: Ini Reaksi Amanda Manopo Dijilat Reza Arap di Film Kupu-kupu Kertas

Stroke adalah penyebab utama epilepsi pada orang dewasa yang berusia di atas 35 tahun.

4. Penyakit menular

Penyakit infeksi, seperti meningitis, AIDS dan virus ensefalitis, dapat menyebabkan epilepsi.

5. Cedera prenatal

Sebelum lahir, bayi sensitif terhadap kerusakan otak yang bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti infeksi pada ibu, gizi buruk, atau kekurangan oksigen.

Kerusakan otak ini bisa mengakibatkan epilepsi atau cerebral palsy.

6. Gangguan perkembangan

Epilepsi terkadang dapat dikaitkan dengan gangguan perkembangan, seperti autisme dan neurofibromatosis.

(*)