Laporan Wartawan Grid.ID, Ines Noviadzani
Grid.ID - Terduga pelaku pelecehan seksual kepada karyawan, Rektor non-aktif Universitas Pancasila akan menjalani pemeriksaan kembali pekan depan.
Terduga pelaku bahkan menyinggung soal perasaan keluarganya melihat dirinya terlibat dalam tuduhan pelecehan seksual.
Dilansir dari Kompas.com, terduga pelaku berinisial ETH (72) memberikan keterangannya.
"Bapak dan ibu sekalian, saya punya keluarga, saya punya istri dan anak-anak yang sudah besar. Bisa dibayangkan nggak betapa sedihnya mereka," ujar ETH.
Terduga pelaku pun mengaku keluarganya merasa malu atas kasus yang menyeret namanya.
ETH menyebut hal itu merupakan pembunuhan karakter.
"(Mereka) malu ayahnya diperlakukan seperti ini. Ini pembunuhan karakter," ujarnya.
Lebih lanjut, dirinya menyebut terdapat oknum yang sengaja melakukan hal ini kepada dirinya.
"Memang saya cari-cari apa motif mereka sebetulnya. Tapi dugaan saya ini karena bertepatan dengan pemilihan rektor di Universitas Pancasila. Mereka pengin jadi rektor," ungkapnya.
Sementara itu, proses pemeriksaan terduga pelaku akan kembali dilaksanakan pekan depan.
Baca Juga: Eks Rektor Universitas Pancasila Bakal Diperiksa Lagi 5 Maret 2024 Soal Dugaan Pelecehan
Dilansir dari Tribunnews.com, terduga pelaku disebut akan menjalani pemeriksaan pada Selasa (5/2/2024).
Rektor Universitas Pancasila akan menjalani pemeriksaan terkait dengan adanya laporan polisi yang dilayangkan oleh DF.
"Terlapor dijadwalkan diperiksa Selasa untuk laporan dari DF," ujar Kombes Ade Ary Syam Indradi, Kabid Humas Polda Metro Jaya.
Kendati telah menjalani pemeriksaan, namun kasus masih terpisah menjadi dua lantaran terdapat dua pelapor yang berbeda.
"Laporannya dibuat dua pelapor yang berbeda. Sejauh ini masih dilakukan secara terpisah."
"Untuk dua kasus tersebut masih dalam proses penyelidikan oleh Subdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya," ujarnya.
Selain membantah dirinya terlibat pelecehan terhadap karyawan, ETH melalui kuasa hukumnya juga mengklaim adanya politisasi.
"Ini pasti ada politisasi jelang pemilihan rektor sebagaimana sering terjadi di Pilkada dan Pilpres," ujar Faizal, kuasa hukum ETH.
"Sekaligus kami mengklarifikasi bahwa semua yang beredar ini adalah berita yang tidak tepat, dan merupakan pembunuhan karakter untuk klien kami," tandasnya.
(*)