Pada tahun 1998, Prabowo mencapai puncak karirnya ketika dia ditunjuk sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), dengan memimpin sekitar 11.000 prajurit.
Prabowo memainkan peran penting dalam tubuh TNI AD ketika terjadi Reformasi 1998, di mana dia dipercaya untuk mengamankan Jakarta yang sedang dilanda kerusuhan politik karena aksi demonstrasi besar-besaran oleh mahasiswa.
Setelah periode Reformasi, Prabowo diberhentikan dari jabatannya sebagai Pangkostrad dan kemudian diangkat sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI.
Setelah menjalani sidang Dewan Kehormatan Perwira terkait beberapa kasus, Prabowo diberhentikan dari militer dengan pangkat Letnan Jenderal.
Setelah pensiun dari militer, Prabowo mulai terlibat dalam bisnis.
Dia memiliki berbagai perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri.
Pada tahun 2004, Prabowo memulai karir politiknya dengan bergabung dengan Partai Golkar.
Meskipun mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Golkar pada tahun 2004, dia kalah suara dari Wiranto.
Pada tahun 2008, setelah keluar dari Golkar, Prabowo mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Pada Pemilu 2009, Gerindra berhasil mendapatkan 26 kursi di DPR RI.
Pada Pilpres 2009, Prabowo menjadi calon wakil presiden dari Megawati.
Pasangan ini mendapatkan 26,79% suara, kalah dari pasangan SBY-Boediono.
Prabowo kembali mencalonkan diri pada Pilpres 2014 sebagai cawapres bersama Hatta Rajasa.
Pasangan ini didukung oleh Koalisi Merah Putih yang terdiri dari tujuh partai, termasuk Gerindra, Golkar, PAN, PKS, PPP, dan Demokrat.
Mereka berhadapan dengan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang didukung oleh Koalisi Indonesia Hebat yang terdiri dari PDI-P, PKB, Nasdem, Hanura, dan PKPI.
(*)