“Saya sudah dikenal sama orang, itu kayak ada suara, ada bisikan, ‘ya sudah tutup saja’, itu di sujud terakhir saya, pas sholawat saya baru bisa bangun,” kata Umi Pipik dengan suara bergetar.
Anehnya, usai menunaikan salat, Umi Pipik menemukan sehelai kain cadar tepat di sampingnya.
Padahal, tak terlihat jamaah di kanan kirinya yang kehilangan cadar.
“Saya nemu cadar jatuh di samping saya. Saya mikir, tadi siapa ya yang bisikin.”
“Begitu sampai hotel, saya berpikir, apakah sekarang saya tutup dan yakin,” kata Umi Pipik.
Sejak saat itulah selama menjalankan ibadah umrah, Umi Pipik memakai cadar untuk menutupi wajahnya.
Umi Pipik semakin yakin, karena sebenarnya, permintaan untuk memakai cadar, sudah disebutkan oleh suaminya, Uje, semasa hidup.
“Uje sudah minta saya bercadar itu tahun 2000,” katanya.
Keputusan untuk memakai cadar 7 tahun yang lalu itu, langsung didukung penuh oleh anak-anaknya.
Menurut Umi Pipik, anak-anaknya, terutama Abidzar yang sangat mendukung, karena cukup kesal ketika mereka sedang berada di ruang publik, sang ibu lebih sering melayani permintaan foto.
Baca Juga: Beda Suasana Sambut Lebaran, Umi Pipik Tetap Antusias Meski Tanpa Anak Bungsunya
“Saat dari Madinah ke Mekkah saya bilang ke anak-anak, ‘mau pakai cadar ah’,” kata Umi Pipik.
“Kalau anak-anak sih iya-iya saja, karena waktu itu Abidzar bilang kalau jalan sama Umi ribet foto mulu,” canda Umi Pipik.
“(Kalau sedang di luar rumah, sebelum bercadar) pas selesai sholat itu lihat orang di sebelah sudah antre mau foto, pas nangis divideoin, ya malu saja,” kata Umi Pipik sambil tertawa. (*)