Find Us On Social Media :

Agar Cantikmu Semakin Bermakna, Simak Tips Mencegah dan Mengatasi Rasa Insecure pada Remaja karena Penampilan

By Ragillita Desyaningrum, Minggu, 31 Maret 2024 | 11:39 WIB

Portal berita Stylo Indonesia berhasil mengumpulkan hampir 500 hijab bekas layak pakai dalam gerakan #AmanaHHijab.

“Kalau dari dalam diri, mulai berkenalan dengan konsep diri yang lebih positif di mana kita nggak melihat kelebihan kita hanya dari fisik saja. Mulai mencari hal-hal lain di luar fisik yang kemudian bisa kita kembangkan untuk menjadi potensi yang bisa jadi keunggulan,” jelas Ayoe.

Meski demikian, hal ini bukan berarti penampilan fisik harus dikesampingkan atau dianggap tidak penting.

Jika kita bisa mengelola kekurangan dengan baik, tentunya hal tersebut bisa mendukung satu sama lain.

“Tapi tidak berarti mengesampingkan fisik. Karena itu salah satu bagian yang cukup menunjang. Kalau bisa dikelola dengan baik bisa menjadi hal yang mendukung satu sama lain tapi tidak menjadikan itu satus-satunya barometer kepercayaan diri,” lanjut Ayoe.

Nah, salah satu cara untuk menggali potensi di dalam diri adalah dengan mencoba hal-hal baru hingga bertemu dengan banyak orang.

“Jangan takut mencoba hal hal yang mungkin belum kita coba. Jangan jangan justru di situlah kita bertemu dengan keunggulan atau kelebihan yang kita miliki,” ujarnya.

Faktor yang kedua adalah faktor eksternal yang berasal dari luar diri kita seperti lingkungan di sekitar.

Baca Juga: Gramedia Store Hadir di GAIA Pontianak: Lebih Dekat dan Semakin Menginspirasi

Penting untuk memilih lingkungan pergaulan yang sehat dan suportif yang tidak membanding-bandingkan seorang individu dengan individu lainnya.

Pasalnya, perbandingan sosial yang berlebihan bisa semakin memperparah rusaknya kepercayaan diri.

“Cari lingkungan yang tepat yang tidak melakukan pembandingan berlebihan terhadap konsep fisik yang kurang tepat atau berlebihan. Jadi memang sehat. Karena kadang kala perbandingan sosal yang cukup kejam di media sosial di lingkungan sekitar seringkali pada akhirnya merusak kepercayaan diri,” timpal Ayoe.

Terakhir, Ayoe menekankan bahwa perasaan insecure atau perasaan tidak percaya diri adalah wajar dan pasti dialami oleh semua individu.

Namun, tiap individu punya pilihan dalam menyikapi perasaan itu, apakah akan berlarut-larut dalam perasaan tersebut atau justru menjadikan perasaan itu sebagai pendorong untuk menggali potensi dan kelebihan lain dalam diri.

“Insecure itu pernah mampir dalam diri kita. Tapi kita selalu punya pilihan, mau mengambil perasaan insecure yang datang ke kita ini sebagai sesuatu yang kita lihat sebagai ‘oh ya saya kurangnya di sini maka saya perlu melakukan improvement atau berlatih memperbaiki hal hal yang menjadi sumber insecure’ atau justru kebalikannya, kita tergulung dalam rasa insecure tersebut hingga makin tidak percaya diri, makin jauh konsep dirinya nggak oke, dan akhirnya menilai diri sendiri semakin kecil dan semakin tidak berarti,” pungkas Ayoe.

(*)