“Lailatul Qadar adalah bagi siapapun hamba Allah yang di malam itu ingat Allah, tidak dalam kubang maksiat,” kata Buya Yahya.
“Sehingga budaya kekasih Allah menghadang malam Lailatul Qadar.”
“Menghadang bagaimana? Dengan cara beribadah, berlomba-lomba ada iktikaf dan sebagainya. Kenapa? Biar dia tidak kelewatan.”
“Ibadah maknanya luas dong. Ibadahlah yang diperbolehkan bagi Anda yang haid.”
“Enggak ada Lailatul Qadar hanya bagi yang suci dari haid, enggak ada.”
“Orang haid pun boleh untuk dapat Lailatul Qadar.”
“Maka, hidupkan malam-malam Ramadan, meskipun Anda sedang haid, seperti biasa. Bahkan bukan malam Ramadan saja.”
“Muslimah yang biasa tahajud, jangan kalau sedang haid Anda libur tahajud.”
“Iya Anda libur solat, tapi tetap bangun malam (misal) siapkan minum untuk suami yang solat dan Anda bisa dzikir dan shalawat sebanyak-banyaknya. Anda beribadah apa saja bukan tidur.”
“Sebab, untuk yang beribadah tengah malam enggak hanya untuk orang suci saja, bisa beribadah dengan dzikir dan sebagainya.”
“Bahkan yang dijanjikan Allah, menyeru di sepertiga malam mana yang minta ampun kepadaKu, akan Ku kasih bukan untuk orang yang suci saja, Anda yang haid boleh,” kata Buya Yahya. (*)