Grid.ID – Sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan menjadi puncak perjalanan di bulan suci Ramadan.
Terekam dalam hadist riwayat Imam Al Bukhari yang tersambung sanatnya pada Sayyidah Aisyah, didokumentasikan riwayat ini oleh Imam Al Bukhari dalam kitab shahihnya nomor hadist 2024.
Sayyidah Aisyah menyampaikan, jika telah tiba 10 hari terakhir di bulan Ramadan, Nabi Muhammad SAW memiliki kebiasaan beliau mengencangkan sarungnya, kemudian beliau menghidupkan malamnya, dan beliau membangunkan keluarganya.
Tafsir ulama terutama dari pakar hadist dari 3 kebiasaan Nabi Muhammad SAW ini memberikan satu kesimpulan bahwa ada yang istimewa di 10 hari terakhir di bulan Ramadan sampai Nabi mengencangkan sarungnya.
Lalu, apa yang memotivasi umat Muslim untuk mendapatkan keistimewaan 10 malam terakhir?
“Tiada lain, para ulama menyimpulkan, terdapat keistimewaan yang kiranya belum tentu didapatkan di 10 hari pertama, 10 hari kedua di bulan suci Ramadan,” ujar ustaz Adi Hidayat dalam channelnya Adi Hidayat Official.
“Pertama, peluang yang sangat besar untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar. Malam Al Qadar tentu kuasa Allah untuk menurunkannya.”
“Artinya, 10 malam terakhir Ramadan itu istimewa, saat seseorang mendapatkan malam Al Qadar itu ia mendapatkan anugerah tak terkira, semua kegiatan yang dikerjakan dalam bentuk ibadah dilipatgandakan sampai dengan lebih dari seribu bulan setidaknya ada 85 tahun.”
“10 malan terakhir adalah puncak dari pembuktian ibadah kita di 10 hari pertama dan 10 hari kedua.”
“Ini adalah puncak Ramadan, belum tentu kita bertemu di Ramadan tahun yang akan datang.”