Grid.ID – Tak terasa, bulan Ramadan sudah memasuki 10 malam terakhir.
Sebagai umat Islam yang taat, sudah sepantaskan kita menjalankan segala bentuk perintah-NYA termasuk puasa, salat, zakat dan amalan-amalan lainnya.
Namun, kuasa Allah SWT lah yang bisa menentikan apakah seluruh amalan kita diterima atau apakah kita sudah berhasil menjalankan puasa kita selama bulan Ramadan.
Rupanya, menurut ustaz Adi Hidayat, ada dua hal utama yang paling pokok yang jadi standar keberhasilan untuk sekaligus menjadi parameter atau kualitas dan kuantitas puasa yang kita tunaikan sampai detik ini.
Pertama adalah standar umum yang disampaikan dalam Al Quran.
“Jika disebutkan ‘umum’ berarti semua jenis insan beriman, laki-laki, perempuan, semua lampauan standar sosialnya, mesti setidaknya mendapatkan capaian ini, walaupun kualitasnya bisa berbeda-beda,” kata ustaz Adi Hidayat.
Lalu, apa tandanya?
“Penutup yang Allah sampaikan dalam rangkaian ayat puasa khususnya di Al-Baqarah ayat 183.”
“(Ayat) 183 – 187, di (ayat) 183 itu diakhiri dengan la'allakum tattaqûn dan di (ayat) 187 juga diakhiri dengan kalimat taqwa menggunakan bentuk yattaqụn.”
“la'allakum tattaqûn (artinya) supaya kalian bisa meningkatkan taqwa, yattaqụn yang berarti sesuatu yang terus meningkat sekarang, berlangsung, dan yang akan datang.”
“Artinya saat kita menunaikan puasa, terjadi peningkatan taqwa, saat Ramadan berlanjut, keberlangsungan taqwa itu konsisten, meningkat terus, dipertahankan kebaikanya, dan bisa menghadirkan nilai-nilai berkualitas dalam kehidupan,” kata ustaz Adi Hidayat.
Baca Juga: Apa yang Didapat dari 10 Malam Terakhir Ramadan? Ini Keutamaannya Dijelaskan Ustaz
Sementara itu, ciri-ciri umat Muslim yang bertaqwa disebutkan ustaz Adi Hidayat.
“Secara singkatnya itu penghambaan kita kepada Allah SWT, solat kita, bagaimana tilawah Quran kita, istigfar kita, taubat kita, itu standar pertama”
“Dimensi spiritual kita yang mengantar kita pada ketaatan yang optimal terhadap Allah SWT.
“Allah membuka ciri-ciri orang bertaqwa dalam Al Quran, dengan peningkatan ibadah ritualnya.”
“Al Baqarah ayat (2) dan (3) żālikal-kitābu lā raiba fīh, hudal lil-muttaqīn. Siapa “muttaqin” orang taqwa yang dimaksudkan di ayat ini? allażīna yu`minụna bil-gaibi wa yuqīmụnaṣ-ṣalāta yakni orang-orang yang meningkatkan imannya.”
“Puasa memanggil kita dengan kalimat iman. Cara meningkatkan iman itu salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah ritual kita. Sebagai tanda kebertuhanan kita kepada Allah SWT.”
Lantas, ciri keberhasilan puasa yang kedua adalah dari sisi dimensi sosial, interaksi kita terhadap sesama.
“Solat ketika diwajibkan, maka tanda keberhasilannya adalah interaksi yang baik kita dengan lingkungan sekitar kita.”
“Mencegah kita berbuat sesuatu yang buruk kepada orang lain, mencegah kita berperilaku menyimpang, LGBT, homoseksual, kata yang jorok, zina, sesuatu yang menyimpang, sesuatu yang diingkari oleh hati kita.”
“Maka ketika Nabi Muhammad SAW memberikan gambaran tentang keberhasilan orang berpuasa didokumentasikan oleh Imam Al Bukhari (HR. Al Bukhari No 1894; HR Muslim No. 1151) puasa yang benar itu akan menghadirkan perisai pada pelaku.”
“Perisai apa? Bahwa ia tidak akan berkata-kata kotor, lisannya terjaga, ia tidak bertindak yang mengurangi kehormatan dirinya, mempu menahan diri dari segala macam provokasi. Semua itu adalah gambaran dari sifat mulia dalam kehidupan.”
“Maka dari itu, saat ini kita cek, bagaimana hubungan kita dengan Allah, dengan orangtua, dengan pasangan, hubungan dengan anak-anak, tetangga, sebelum kita wafat dan kembali kepada Allah SWT. (*)