Ada cara yang dapat dilakukan untuk mengukur pertumbuhan anak dan mengindikasikannya terkena stunting.
Anak yang stunting dapat diketahui melalui pengukuran perbandingan antara tinggi, berat, serta usia anak.
Menurut Sekretaris Pokja IV Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi DKI Jakarta Hernalom Gultom, anak dikatakan stunting jika memiliki tinggi badan di bawah standar dari WHO.
Ia menjelaskan, perhitungan stunting dilakukan dengan cara mengurangi tinggi anak dengan angka 2 sesuai standar deviasi dari kurva pertumbuhan anak menurut WHO.
Contohnya, anak laki-laki usia dua tahun yang memiliki tinggi 87 cm. Jika anak itu berusia dua tahun, maka tinggi badan minimalnya adalah 81 cm.
Pengukuran stunting juga dilakukan untuk mengukur panjang badan anak di bawah dua tahun dan tinggi badan anak berusia dua tahun ke atas menggunakan alat antropometri yang tersedia di puskesmas.
Saran Ahli Gizi untuk Mencegah Stunting
Stunting pada anak adalah permasalahan yang tidak bisa diremehkan dan harus dicegah sejak dini.
Sebab stunting bukan hanya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik anak, tapi juga kognitifnya.
Anak yang stunting juga berisiko menderita penyakit kronis saat dewasa seperti obesitas, hipertensi, diabetes, dan lainnya.
Prof. dr. Damayanti Rusli Sjarif sebagai Dokter Spesialis Anak sekaligus Guru Besar FKUI menjelaskan ada dua penyebab stunting yaitu asupan gizi yang kurang dan meningkatnya kebutuhan gizi.