Find Us On Social Media :

Perbandingan Kekayaan 6 Putra Putri Soeharto, Bambang Trihatmodjo Disebut Punya Harta Paling Gendut, Mayangsari Beruntung?

By Fidiah Nuzul Aini, Minggu, 16 Juni 2024 | 06:50 WIB

Perbandingan Kekayaan 6 Putra Putri Soeharto, Bambang Trihatmodjo Disebut Punya Harta Paling Gendut, Mayangsari Beruntung?

Soeharto mulai bersekolah saat berusia 8 tahun, mengawali pendidikannya di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean, sebelum pindah ke SD Pedes di Kemusuk Kidul.

Namun, kemudian dia dipindahkan ke Wuryantoro dan dititipkan di rumah adik perempuan ayahnya.

Soeharto memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah, pada tahun 1941, dan resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945.

Dua tahun setelahnya, pada 26 Desember 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah.

Mereka dikaruniai enam anak: Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra, dan Siti Hutami Endang Adiningsih.

Soeharto memiliki karier panjang di bidang militer sebelum akhirnya menjadi jenderal.

Dia berhasil memimpin pasukannya merebut kembali Kota Yogyakarta pada tahun 1949.

Setelah terjadi insiden G-30-S/PKI pada 1 Oktober 1965, Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat dan diangkat sebagai Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) oleh Presiden Soekarno.

Pada tahun 1966, Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) dari Soekarno, yang memberinya tugas untuk mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan ajaran-ajaran Bung Karno.

Baca Juga: Bukti Tommy Soeharto Ganteng Sejak Masih Kecil, Foto Semasa Bocilnya ini Jadi Sorotan, Mbak Tutut sampai Bilang Begini

Karena situasi politik yang memburuk setelah insiden G-30-S/PKI, Sidang Istimewa MPRS pada Maret 1967 menunjuk Soeharto sebagai Pejabat Presiden, dan setahun kemudian, pada Maret 1968, ia dikukuhkan sebagai presiden kedua RI.

Selama 32 tahun masa kepresidenannya, Soeharto berhasil membentuk Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), yang dimulai pada 1 April 1969 hingga 1994.

Tujuan Repelita adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar dan infrastruktur dengan fokus pada bidang pertanian.

Melalui program ini, Soeharto melakukan pembangunan di berbagai sektor, termasuk pendidikan, kesehatan, industri, dan infrastruktur.

Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 karena tekanan dari rakyat Indonesia.

Setelah itu, kesehatannya semakin menurun, dan ia meninggal dunia pada 27 Januari 2006, dalam usia 87 tahun.

Atas keberhasilannya dalam program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia, Soeharto menerima berbagai penghargaan, termasuk United Nations Population Award dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 8 Juni 1989.

(*)