Menurut Irfan, berkomunikasi dengan hewan-hewan kurban sangat penting, karena bagaimanapun, hewan merupakan makhluk hidup.
Walau tidak bisa berkomunikasi secara langsung dengan bahasa yang sama, Irfan percaya bahwa hewan bisa merespons perkataan manusia dengan cara lain.
"Jawabnya itu dengan matanya, lenguhannya, kalau sapi gerak-geriknya, tiba-tiba netes air mata," jelas Irfan.
Irfan juga menilai bahwa hewan kurban berhak untuk tahu tujuan ia dikurbankan di Hari Raya Idul Adha.
Ia menjelaskan kepada hewan kurban bahwa pada hakikatnya, sapi merupakan hewan yang diciptakan untuk diternak dan dikonsumsi dagingnya.
Namun, ketika sapi tersebut dikurbankan dan disembelih, maka sapi tersebut menjadi hewan yang mulia.
"Ada hak mereka kenapa dikurbankan, ada hak tahu. Jadi bukan pas mau dikurbankan saja tapi menyembelih untuk kita makan aja," tuturnya.
"Ketika diputuskan dan dipilih untuk dimuliakan menjadi hewan kurban, kamu (sapi) tuh jadi ada nilai lebih," timpal Irfan.
Hewan-hewan kurban tersebut, kata Irfan, mengerti dan menerima apa yang telah dijelaskan.
Tak jarang sapi-sapi tersebut lebih legowo dan bahkan lebih mempersiapkan dirinya untuk menjadi hewan kurban dengan mengonsumsi lebih banyak rumput.
"Percaya nggak percaya, dia (sapi) tuh yang ada ekspresinya," lanjutnya.
"Habis itu biasanya makan terus, makan terus, gue cuma ngomong gini 'Udah, udah, cukup, dagingnya udah banyak'. Dia tuh jadi ada keinginan memberikan lebih, karena dia tahu ini untuk kebaikan dan lain-lain, dan ini nyata," pungkas Irfan.
(*)