Find Us On Social Media :

Dampak Psikologis dan Mekanisme Penanganan Bagi Pekerja Jarak Jauh

By Dianita Anggraeni, Selasa, 2 Juli 2024 | 17:16 WIB

Apa itu misalignment burnout? Kondisi ketika pekerjaanmu tidak sesuai passion

Grid.ID - Saat ini, banyak organisasi dan karyawan yang mulai menjalani penugasan hybrid dan jarak jauh secara permanen.

Tercatat 44 persen bisnis di seluruh dunia melaporkan pertumbuhan jumlah karyawan tetap yang bekerja dari luar negeri, seperti yang disorot dalam studi yang dilakukan oleh Remote, perusahaan terkemuka dalam pengembangan, pengelolaan, dan pemberian dukungan pada tenaga kerja yang tersebar secara global.

Dua sistem penugasan tersebut memberi karyawan lebih banyak kebebasan dalam mengatur jadwal mereka, namun juga mempersulit sebagian orang untuk istirahat dan berhenti bekerja.

Baca Juga: Virgoun Terjerat Kasus Narkoba, Inara Rusli Sampaikan Doa Ini!

Ketika pekerja jarak jauh menghadapi batasan yang berbaur antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, mengatasi dampak psikologis dan menerapkan mekanisme penanganan yang efektif menjadi sangat penting.

Dalam Kajian Vol. 1: Menilik Isu dan Urgensi Kesehatan Mental Pekerja Indonesia, Bidang Kajian Microeconomics Dashboard, Laboratorium Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada menyimpulkan bahwa isu kesehatan mental pekerja patut mendapatkan perhatian khusus karena kesehatan mental yang terabaikan dapat berdampak negatif tidak hanya bagi penurunan produktivitas pekerja itu sendiri, namun juga dapat berdampak pada perekonomian secara makro.

Berikut adalah pemaparan dari Barbara Matthews, Chief People Officer dari Remote untuk mengenal dampak psikologis dari kerja jarak jauh dan mekanisme penanganan yang bisa diterapkan.

Baca Juga: Dulu Panggil Ayu Ting Ting Mantu Kesayangan, Ibu Lettu Fardhana Kini Pasrah Anaknya Batal Nikahi sang Biduan: Mau Gimana Lagi

Memahami Dampak Psikologis

Bahkan sebelum pandemi Covid-19, permasalahan seperti kerja berlebihan, kewalahan, dan kelelahan sudah meningkat di seluruh dunia.

Dengan kerja jarak jauh, batasan antara bidang profesional dan pribadi semakin berbaur, sehingga menimbulkan tantangan besar terhadap kesehatan mental.

Penting untuk menilik beberapa tantangan ini sebelum menerapkan mekanisme penanganan yang mendasar karena transisi ke kerja jarak jauh juga memberikan peluang untuk mendefinisikan kembali cara kita mewujudkan keseimbangan kehidupan kerja dan kesejahteraan.

Baca Juga: Tak Ada Titik Temu, Aditya Zoni dan Yasmine Ow Akan Kembali Jalani Mediasi Minggu Depan

Isolasi dan Kesepian

Peralihan ke kerja jarak jauh bisa berdampak sangat buruk, membuat Anda merasa terisolasi dan kesepian.

Tanpa interaksi tatap muka dengan kolega Anda, Anda akan mudah merasa terputus dan ini dapat sangat mengganggu kesehatan mental Anda. Menciptakan ulang persahabatan di kantor secara online dapat tapi bisa jadi sulit dilakukan sehingga membuat pekerja jarak jauh merasa sangat stres dan cemas.

Survei yang dilakukan terhadap 1.005 pria dan wanita berusia 18 hingga 54 tahun di Indonesia oleh Populix dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia tahun 2022 menemukan berbagai masalah yang memengaruhi kesehatan mental banyak orang seperti kondisi perekonomian yang tidak menentu, rasa kesepian setelah sekian lama menjalani pembatasan sosial, dan tuntutan pekerjaan.

Laporan survei “Keadaan Kesehatan Mental Indonesia dan Akses terhadap Bantuan Medis” menunjukkan bahwa 46% masalah kesehatan mental yang dialami masyarakat Indonesia dipicu oleh kesepian.

Baca Juga: Tingkah Fuji Disorot saat Bertemu Aaliyah Massaid dan Thariq Halilintar di Badminton Clash, Salting dan Sibuk Sendiri?

Beberapa orang mungkin merasa terisolasi saat bekerja jarak jauh namun saluran digital membantu mereka tetap terhubung secara sosial.

Mendorong adanya percakapan di luar topik kerja melalui platform obrolan dapat membantu terjalinnya ikatan antaranggota tim.

Fleksibilitas kerja jarak jauh juga memberikan lebih banyak waktu untuk berinteraksi offline dengan orang yang kita cintai secara lebih bermakna.

Pekerja jarak jauh harus didorong untuk mengganti alat digital dengan hubungan di kehidupan nyata untuk menjaga keseimbangan kehidupan kerja.

Baca Juga: Dibocorkan Bilqis, Ayu Ting Ting Ternyata Sempat Nangis di Hari Ulang Tahun Sebelum Putus dengan Lettu Fardhana, Ada Apa?

Kurangnya Struktur dan Rutinitas

Fleksibilitas kerja jarak jauh dapat mengakibatkan kurangnya struktur dan rutinitas, sehingga sulit untuk memprioritaskan tugas secara efektif dan menjaga keseimbangan kehidupan kerja yang sehat.

Bekerja di kantor memiliki rutinitas yang jelas seperti jam kerja yang tetap, waktu istirahat yang sudah ditentukan, dan pengaturan waktu perjalanan harian yang memisahkan kantor dari rumah.

Namun dengan kerja jarak jauh, batasan-batasan tersebut menjadi samar.

Tanpa jam kerja atau jarak fisik yang ditentukan, kita akan mudah bekerja berlebihan, melewatkan waktu istirahat, dan kesulitan menjaga keseimbangan kehidupan kerja. Kurangnya struktur membuat sulit untuk memprioritaskan tugas dan meningkatkan risiko kelelahan.

Baca Juga: Siap Sapa Penggemar, Jin BTS Akan Muncul Lewat Variety Show 'The Half-Star Hotel ini Lost Island'

Berkurangnya Interaksi Sosial dengan Kolega

Sifat virtual dari kerja jarak jauh mengurangi peluang interaksi sosial, menggantikan percakapan spontan di kantor dengan komunikasi digital, yang mungkin tidak sepenuhnya memenuhi kebutuhan akan koneksi sosial di kantor.

Mekanisme Penanganan bagi Pekerja Jarak Jauh

Agar kerja jarak jauh berfungsi secara efektif, penting untuk menerapkan cara kerja yang fleksibel yang tidak mengharuskan semua orang online pada waktu yang sama.

Artinya, Anda tidak harus selalu online pada waktu yang sama dengan orang lain.

Sebaliknya, Anda dapat berkomunikasi dan mengerjakan berbagai hal pada waktu yang berbeda.

Hal ini memberi Anda lebih banyak kebebasan, mengurangi tekanan untuk segera memberikan respons, dan membantu Anda bekerja dengan kecepatan yang lebih baik. Menuliskan bagaimana segala sesuatunya dilakukan dan menggunakan pesan daripada terus berbicara dapat membuat pekerjaan lebih lancar dan mengurangi stres bagi semua orang.

Baca Juga: 5 Shio Teman Tipe Kupu-kupu, si Paling Gaul dan Ceria di Segala Acara

Menerapkan Pekerjaan Asinkron

Beralih ke pekerjaan asinkron benar-benar dapat meringankan beban akibat bersiaga terus-menerus.

Pengaturan kerja menjadi lebih fleksibel dan mudah dikelola ketika Anda memberikan informasi dengan lengkap sejak awal pesan Anda dan memberikan kesempatan bagi kolega Anda untuk merespons di waktu yang sesuai dengan jadwal mereka.

Artinya, anggota tim dapat fokus pada pekerjaan mereka tanpa interupsi terus-menerus tapi tetap terhubung dan berkolaborasi secara efektif.

Selain itu, komunikasi asinkron memungkinkan penyusunan respons yang bijaksana dan mengurangi keputusan yang terburu-buru, yang pada akhirnya menciptakan hasil dan produktivitas yang lebih baik bagi karyawan.

Tetapkan Titik Berhenti yang Jelas—Sangatlah penting untuk menetapkan titik berhenti yang solid untuk hari kerja Anda, baik dengan mengikuti rutinitas yang teratur atau berdasarkan isyarat untuk menandai waktu berhenti bekerja.

Baca Juga: Masya Allah Bikin Merinding, Raffi Ahmad Ungkap Alasan Pilih Botak Saat Ibadah Haji

Menerapkan pendekatan ini membantu otak Anda beralih dan bersantai dari mode kerja, sehingga lebih mudah untuk menikmati waktu pribadi Anda.

Misalnya, mengakhiri pekerjaan pada waktu tertentu dan mematikan komputer atau menyetel alarm untuk mengingatkan Anda agar menyelesaikan pekerjaan.

Merapikan ruang kerja, melakukan kegiatan peralihan, mengomunikasikan akhir waktu kerja kepada kolega, dan meninjau pencapaian adalah beberapa tindakan untuk menandakan berakhirnya pekerjaan yang memungkinkan Anda menikmati waktu pribadi dan mencegah kelelahan.

Baca Juga: Website Cabang Resmi Sistem Informasi PAFI Persatuan Ahli Farmasi Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Ciptakan Ruang Kerja Khusus

Memiliki ruang kerja yang jelas dapat membantu Anda secara mental memisahkan pekerjaan dari waktu pribadi.

Menentukan ruang fisik terpisah untuk bekerja membantu pekerja jarak jauh secara mental memisahkan pekerjaan dari kehidupan pribadi.

Ruang kerja yang nyaman dan bebas gangguan meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan.

Baca Juga: Sekarang Percaya Diri Berhijrah, Aurel Hermansyah Ternyata Sempat Ada Niatan Lepas Hijab

Terima Ekspektasi yang Realistis

Penting untuk dipahami bahwa tidak apa-apa jika tidak selalu tampil 110 persen.

Pekerja jarak jauh perlu berupaya mencapai tingkat kinerja yang berkelanjutan dan memprioritaskan kesehatan mental mereka, bukan mengusung gagasan produktivitas konstan dan berjuang untuk kesempurnaan,

Memberdayakan kesejahteraan mental karyawan, khususnya yang bekerja jarak jauh, merupakan tanggung jawab bersama.

Memelihara kesehatan mental dan kesejahteraan di lingkungan kerja jarak jauh bukan hanya kewajiban perusahaan namun merupakan keharusan moral.

Dengan memprioritaskan kesejahteraan karyawan, organisasi menumbuhkan budaya kasih sayang, ketahanan, dan inovasi.

Melalui upaya kolaboratif dan komitmen yang teguh, kita dapat membangun lingkungan kerja jarak jauh yang memberdayakan individu untuk berkembang secara profesional dan pribadi di era digital.

(*)