Find Us On Social Media :

Melongok Batik Klasik Hidden Gem Milik Blitar yang Memesona

By Grid., Senin, 8 Juli 2024 | 15:05 WIB

Batik

Grid.IDSarasehan Batik digelar oleh Perpusnas Bung Karno bekerjasama dengan Gallery Dewa Dewi Rama Daya by ALIT Indonesia dan Patria Wastra Blitar. Acara digelar dalam rangka ulang tahun perpusnas Bung Karno  ke dua puluh.

Acara bertepatan dengan hari literasi nasional digelar pada 4 Juli 2024. Sarasehan yang mengulas tentang Batik Klasik yang masih belum tereksplorasi di Blitar berdasarkan beberapa riset pada relief candi Penataran dihadiri ratusan peserta dari berbagai kota selain warga kota Blitar sendiri.

Tiga narasumber yakni Yuliati Umrah, pemilik gallery Dewa Dewu Rama Daya yang berada di Ubud Bali dan Surabaya sekaligus direktur eksekutif ALIT Indonesia yang pernah mendapatkan penghargaan internasional sebagai salah satu dari 80 pemimpin terbaik dunia versi pemerintah AS. 

Hadir pula ibu Enny Setiawati seorang erajin batik senor dari kota Blitar serta Ryan Yugo seorang pendidik di sekolah menengah atas sekaligus pegiat wastra kota Blita. Paparan berlangsung sangat interaktif dan menarik sehingga mendapatkan antuasiame para peserta.

Yuliati dalam paparannya menjelaskan secara mendetail tentang “nilai” sebuah batik tak hanya pada bahan dan tehnik pembuatannya tetapi mengenani filosofi motif yang menggambarkan hubungan manusia dengan alam dan penciptanya serta hubungan manusia dengan kondisi sosial sekitarnya.

Motif batik yang berbeda dengan sekedar menggambar atau melukis di atas kain, tetapi terdapat pola yang sangat berbeda dengan llukisan atau gambar umumnya. Pola inilah yang disebut dengan fraktal, dimana terjadi pengulangan yang sangat mirip dan terus tersambung. Pola batik sangat erat kaintannya dengan keterhubungan satu titik hingga meluas dan itulah yang disebut dengan ambaning titik (batik) atau satu titik yang terus membesar dan meluas.

Baca Juga: Putri Anne Tampil Elegan Kenakan Dress Batik Halter Neck dengan Punggung Terbuka, Banjir Pujian!

Kekayaan khazanah motif batik terus berkembang terutama di ruang batik pesisiran dan kontemporer, namn tidak demikian dengan batik klasik yang banyak memgalami stagnasi.

Dalam paparannya, Yuliati menyampaikan, masih sangat banyak ragam motif kain yang bisa dieksplorasi lebih lanjut di banyak relief dan arca candi era Mataram Kuno dan Jawa Klasik. Blitar sendiri merupakan wilayah yang memiliki candi dengan jumlah terbanyak di Indonesia yang berdiri sejak era Kahurian hingga Majapahit ( abad XI hingga XV).

Salah satu yang menarik untuk dieksplorasi adalah relief candi Penataran yang menggambarkan banyak cerita salah satunya yang paling terlenal adalah verita tentang Garudeya penyelamat ibunya dari siksaan ular berepala 3 sehingga dimana arca Garudeya inilah yang menginspirasi bung Karno menjadikan burung Garuda sebagai lambang negara kita. Relief lainnya dalam beberapa panil candi Penataran juga menampilkan rangkaian cerita tentang Panji (epos wayang Panji) dimana menggambarkan suasana hati Galuh Candar kirana saat menanti kekasihnya Panji Asmarabangun atau Raden Inu kertapati.

Kehadiran sang kekasih menyembuhkan sakit Candra Kirana dan tergambar pula pertemuan membahagian itu dimana Inu Kertapati di dalam relief tergambarkan Ikat Kepala dan kain menjuntai bermotif seperti mandala.

Jika dicocokkan dengan Kidung Malat, pakaian yang dikenakan Inu Kertapati berwarna ungu dengan motif disebut Wirangrong. Bila dicek lebih lanjut motif tersebut mirip dengan motif kawung namun dipenuhi bunga di isen isennya serta utomonya pad ceplok bunga di tengah.

Motif yang lebih mirip sebagai mandala yang merupakan motif suci dimana keindahan cinta pasangan itu adalah cinta yang suci dan penuh makna yang membahagiakan.

Baca Juga: Menelisik Keindahan Batik, Cermin Sejarah dan Tradisi Indonesia