Dalam tahap ini, dokter akan melakukan wawancara dengan pasien untuk mengumpulkan informasi tentang faktor risiko, riwayat kesehatan, gejala yang dialami, dan faktor risiko yang mungkin terkait dengan kanker paru.
Gejala seperti batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, penurunan berat badan, dan riwayat merokok, riwayat pajanan dan riwayat kanker akan menjadi fokus utama.
Anamnesis yang teliti membantu dokter memahami kondisi pasien secara holistik dan memandu langkah selanjutnya dalam proses diagnosis dan pengobatan.
2. Proses skrining dan deteksi dini kanker paru melalui Low Dose CT scan Thorax (LDCT)
Low Dose CT scan Thorax merupakan salah satu metode skrining yang efektif untuk mendeteksi kanker paru pada tahap awal.
Metode ini menggunakan sinar-X dalam dosis radiasi rendah untuk menghasilkan gambaran detail paru, termasuk struktur dan tekstur jaringan paru.
Baca Juga: Billy Syahputra Minta Doa, Bakal Nikah Tahun Ini?
Dibandingkan dengan rontgen toraks konvensional, Low Dose CT scan Thorax memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi dalam mendeteksi kanker paru pada tahap awal, bahkan ketika tumor masih dalam bentuk lesi kecil yang sulit terlihat dengan metode lain.
Selama prosedur, pasien akan diminta untuk berbaring di atas meja CT scan dan mesin akan mengambil serangkaian gambar detail paru dari berbagai sudut.
Hasil dari pemeriksaan ini kemudian akan dianalisis oleh dokter spesialis radiologi dan klinisi, seperti dokter spesialis paru untuk mengevaluasi apakah ada tanda-tanda nodul, atau lesi abnormal di paru yang memerlukan perhatian lebih lanjut.
”Low Dose CT scan Thorax memberikan dosis 1/7 radiasi jika dibandingkan dengan CT scan biasa, tanpa kontras dan hanya memerlukan waktu tiga sampai lima menit untuk pemeriksaannya, sehingga metode ini aman digunakan untuk seseorang yang memiliki risiko tinggi terkena kanker paru,” ujar dr. Sita.