Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID - Dalam menjalani hidup ini, kesuksesan dan kekayaan seringkali menjadi tujuan.
Meski begitu, ternyata ada beberapa shio yang diramalkan akan jauh dari dua hal tersebut.
Alasannya karena shio-shio ini telah melakukan banyak hal-hal yang menjadi dosa dalam dirinya.
Karena itulah kehidupan shio-shio ini akan terpuruk.
Siapa saja shio-shio yang dimaksud?
Simak 3 shio yang jauh dari kesuksesan dan kekayaan, dikutip dari Sonora.id.
Melansir Tribunnews.com, shio ular lahir pada tahun 1953, 1965, 1977, 1989, 2001, 2013.
Dalam menjalani hidupnya, shio ular seringkali menempuh cara-cara kotor untuk mencapai tujuan.
Kebohongan dan penipuan yang mereka lakukan yang akan menjadi penghambat jalan mereka dalam mencapai kesuksesan dan kekayaan.
Karenanya, shio ular perlu segera bertobat atas segala dosa-dosa mereka dan memulai kembali dengan langkah yang lebih jujur.
Baca Juga: 5 Shio Paling Kuat Menahan Diri dari Godaan Jajan, Lebih Suka Menabung
Shio kuda yang lahir pada tahun 1954, 1966, 1978, 1990, 2002, 2014 adalah shio yang pekerja keras.
Namun, ambisi mereka seringkali tidak terkendali dan berubah menjadi keserakahan dan ketidakpedulian terhadap orang lain.
Hal tersebut yang menjadi alasan mengapa kehidupan mereka terpuruk serta jauh dari kesuksesan dan kekayaan.
Untuk itu, shio kuda harus belajar mengendalikan ambisi mereka dan bertaubat dari keserakahan untuk membuka gerbang kesuksesan.
Terakhir, shio yang jauh dari kesuksesan dan kekayaan adalah shio ayam.
Lahir pada tahun 1957, 1969, 1981, 1993, 2005, 2017, shio ayam dikenal sebagai shio yang perfeksionis dan kritis.
Meski begitu, mereka seringkali terjebak dalam kesombongan dan iri hati.
Sifat sombong inilah yang menjadi penghalang besar dalam meraih kesuksesan dan kekayaan.
Shio ayam perlu merendahkan hati, menghargai orang lain, dan bertaubat untuk membuka jalan kesuksesan serta kekayaan.
Penting diingat bahwa ramalan shio ini hanya bertujuan untuk menghibur.
Ada baiknya untuk tidak menjadikan artikel ini sebagai acuan utama dalam mengukur nasib.
(*)