Find Us On Social Media :

Pameran Komik Daya Dara: Siasat Sederhana untuk Perempuan Indonesia Berkarya

By Grid., Minggu, 28 Juli 2024 | 18:50 WIB

Pameran Komik Daya Dara mengundang perempuan pekomik di Indonesia untuk menyoroti karya mereka secara kontekstual.

Grid.ID - Pada masa keemasan komik Indonesia di tahun 1970-an, komik pernah mendapat stigma yang tidak mendidik, pornografis, dan tidak gramatis.

Hal ini diasumsikan terkait dengan dua hal; karena komik berisi gambar dan gambarnya menampilkan objektifikasi perempuan dalam peran dan situasi tertentu.

Laura Mulvey menyebut “perempuan ditampilkan sebagai citra, di mana pria sebagai penentu penampilannya”, membuat sosok perempuan dalam komik yang kebanyakan dibuat oleh pekomik pria dan dikonsumsi oleh pembaca pria, hanya sebagai objek tatapan, cocok hanya sebagai penggoda, penjahat dan tokoh sampingan.

Ketika masa industri komik tahun 2000-an, komik karya perempuan mulai diterbitkan, menempatkan perempuan pekomik hanya untuk menghasilkan genre romance dan drama, yang dimana aksi tokohnya tidak jauh dari upaya menarik perhatian pria, atau terluka olehnya.

Di Amerika, dengan maraknya komik underground akhir tahun 1960-an yang banyak menampilkan imajinasi pria kulit putih yang bersifat misoginis, Trina Robbins muak dan membuat kompilasi komik ‘It Ain't Me Babe’ tahun 1970 dengan kontributor pekomik perempuan.

Kemunculan komik underground yang menginspirasi penerbitan komik independen pada akhirnya menghasilkan bentuk novel grafis yang memberi tempat untuk pekomik perempuan menyampaikan gagasan, keinginan, perjuangan, dan kemenangannya dalam kisah-kisah otobiografi maupun fiksi.

Sejak perempuan hanya diposisikan sebagai objek dalam komik hingga kini sebagai pembawa suara, mereka menghadapi stigmatisasi dan kesulitan akses untuk berkarya.

Perempuan sebagai seorang anak (dara) dari orang tuanya selalu mencari jalan untuk mengekspresikan diri dan melampaui batas-batas yang ditetapkan masyarakat.

Melihat representasi perempuan dalam dunia sastra gambar yang lebih berimbang, setidaknya ada dua bentuk upaya yang bisa dilakukan.

Upaya pertama, berusaha melihat peran dan keterlibatan perempuan dalam rentang perjalanan komik selama ini.

Hal ini bisa dilihat dari sisi industri di mana perempuan berkarya untuk komik dalam berbagai jenis profesi yang ada, dan juga mencermati karakter tokoh perempuan yang ada dalam komik.

Baca Juga: Ratu Adil: Pameran Tunggal Budi Ubrux dan Peluncuran Buku Sindhunata