Setelah kejadian tersebut, Mbah Rupiah merasakan sakit yang mendalam hingga memilih merantau ke Kalimantan.
"Rumah di Ngoro Jombang, tanah dan semua harta mantan suami, diambil semua. Didol (dijual) semua oleh adik saya itu.
Terus dia pindah ke Lampung. Jadi saya ini di Ngoro, Mbareng, tidak punya apa apa," imbuhnya.
Mbah Rupiah sendiri pernah bekerja sebagai tukang masak di Kaltara sebelum akhirnya terlantar di Nunukan.
Sejauh ini, Mbah Rupiah hanya tahu nama kota yang menjadi keberadaan adik kandung yang menyakiti hati dan perasaannya, yaitu Kota Lampung.
Dan ya, meski sudah berusia senja, Mbah Rupiah masih memiliki penglihatan dan pendengaran yang jelas.
Hanya saja terkadang memang suka mendadak pikun.
Sementara itu, usai terlantar Mbah Rupiah ternyata sempat hidup ditampung oleh orang bernama Purnomo Putro.
Purnomo menceritakan, ia menampung nenek Rupiah setelah dihubungi warga lantaran ada lansia dari Pulau Jawa yang telantar di Nunukan.
Dan tak dipungkiri, mengurus Mbah Rupiah memiliki banyak tantangan tersendiri.
Purnomo bahkan menanyakan kemampuan Dinsos yang selama ini tak memberikan bantuan dan tindakan.
"Saya sering nanya juga ke Dinsos. Kenapa tidak dilakukan tindakan.
Kami memang menampung dan membantu nenek Rupiah sebagai tanggung jawab saya karena sesama warga Jawa.
Tapi kan pemerintah seharusnya melihat ini masalah serius. Saya harap ada tindakan dari Dinsos," tandas Purnomo.
(*)