Grid.ID - Kisah yang menimpa sosok nenek yang akrab disapa Mbah Rupiah ini mirip film Ipar adalah Maut.
Bedanya, kali ini maut yang merusak rumah tangga Mbah Rupiah bukanlah dari sosok ipar.
Melainkan dari adik kandungnya sendiri.
Mbah Rupiah (80) sendiri diketahui berasal dari Jombang Jawa Timur.
Dan kini diketahui hidup sebatang kara di Nunukan, Kalimantan Utara yang merupakan daerah perbatasan RI-Malaysia.
Melansir dari Tribuntrends.com, Kamis (1/8/2024), Mbah Rupiah diketahui sudah hidup merantau sedari muda.
Ya, hal itu dilakukan Mbah Rupiah sesuai bercerai dari almarhum suaminya.
Dimana saat itu sang suami dan adik kandungnya sendiri kepergok telah menjalin hubungan terlarang (selingkuh).
Mbah Rupiah bahkan pernah memergoki sang suami dan adiknya itu bermalam di sebuah penginapan di Jombang.
"Begitu saya ketahui hubungan suami istri saya diganggu, saya marah, tapi suami saya malah ngasih saya surat pegat (cerai).
Saya dipegat dan suami milih adik saya," ungkap Mbah Rupiah dikutip dari Kompas.com.
Setelah kejadian tersebut, Mbah Rupiah merasakan sakit yang mendalam hingga memilih merantau ke Kalimantan.
"Rumah di Ngoro Jombang, tanah dan semua harta mantan suami, diambil semua. Didol (dijual) semua oleh adik saya itu.
Terus dia pindah ke Lampung. Jadi saya ini di Ngoro, Mbareng, tidak punya apa apa," imbuhnya.
Mbah Rupiah sendiri pernah bekerja sebagai tukang masak di Kaltara sebelum akhirnya terlantar di Nunukan.
Sejauh ini, Mbah Rupiah hanya tahu nama kota yang menjadi keberadaan adik kandung yang menyakiti hati dan perasaannya, yaitu Kota Lampung.
Dan ya, meski sudah berusia senja, Mbah Rupiah masih memiliki penglihatan dan pendengaran yang jelas.
Hanya saja terkadang memang suka mendadak pikun.
Sementara itu, usai terlantar Mbah Rupiah ternyata sempat hidup ditampung oleh orang bernama Purnomo Putro.
Purnomo menceritakan, ia menampung nenek Rupiah setelah dihubungi warga lantaran ada lansia dari Pulau Jawa yang telantar di Nunukan.
Dan tak dipungkiri, mengurus Mbah Rupiah memiliki banyak tantangan tersendiri.
Purnomo bahkan menanyakan kemampuan Dinsos yang selama ini tak memberikan bantuan dan tindakan.
"Saya sering nanya juga ke Dinsos. Kenapa tidak dilakukan tindakan.
Kami memang menampung dan membantu nenek Rupiah sebagai tanggung jawab saya karena sesama warga Jawa.
Tapi kan pemerintah seharusnya melihat ini masalah serius. Saya harap ada tindakan dari Dinsos," tandas Purnomo.
(*)