Menurut Daryono, gempa megathrust berpusat di bidang kontak antarlempeng dengan kedalaman kurang dari 45-50 kilometer.
Dalam hal ini, lempeng samudra yang menunjam ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan (stress) pada bidang kontak antar lempeng yang kemudian dapat bergeser secara tiba-tiba memicu gempa.
Jika terjadi gempa, maka bagian lempeng benua yang berada di atas lempeng samudra bergerak terdorong naik (thrusting).
Gempa dalam skala besar di laut kemudian memicu tsunami.
Gempa Megathrust Berkekuatan M 8,7 dan Berpotensi Tsunami
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono pada keterangan resminya, Minggu (11/8/2024) mengungkapkan apa saja bahaya Megathrust.
Daryono menyebut bahwa para ilmuwan Indonesia khawatir soal seismic gap di zona megathrust Selat Sunda dan megathrust Mentawai-Siberut.
Seismic gap sendiri adalah wilayah di sepanjang lempeng aktif yang tidak mengalami gempa besar selama lebih dari 30 tahun.
Ini membuat zona tersebut dikhawatirkan menimbulkan gempa bumi berkekuatan besar dalam sekali waktu.
Megathrust Selat Sunda sendiri, menurut perkiraan BMKG bisa memicu gempa berkekuatan M 8,7.