Find Us On Social Media :

Reza Rahadian Ternyata Cucu Pejuang! Inilah Sosok Francisca Fanggidaej, Nenek sang Aktor yang Namanya Dihapus Dalam Sejarah Orde Baru

By Widy Hastuti Chasanah, Minggu, 25 Agustus 2024 | 05:40 WIB

Reza Rahadian Ternyata Cucu Pejuang! Inilah Sosok Francisca Fanggidaej, Nenek sang Aktor yang Namanya Dihapus Dalam Sejarah Orde Baru

Grid.ID - Terkuak, inilah sosok nenek Reza Rahadian, Francisca Fanggidaej yang seorang tokoh pergerakan Indonesia.

Jadi tokoh pergerakan Indonesia, nama nenek Reza Rahadian justru dihapus dalam sejarah orde baru.

Lantas seperti apa sosok nenek Reza Rahadian, Francisca Fanggidaej?

Seperti diketahui, aktor Reza Rahadian baru-baru ini jadi sorotan publik.

Reza Rahadian disorot usai ikut demo tolak RUU Pilkada di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) pada Kamis (22/08/2024).

Dalam aksi demo itu, Reza memberi orasi menohok yang mengkritik aksi DPR dan pemerintah.

"Saya hanya jadi bagian dari masyarakat. Saya turun sebagai rakyat. Saya menyuarakan apa yang meresahkan. Tidak ada paksaan dri siapa pun, tidak ada latar belakang kepentingan apa pun," ujar Reza dalam wawancara dengam KompasTV dikutip Kompas.com, Kamis.

"Semuanya saya lakukan atas hati nurani saya aja bahwa saya merasa situasi saat ini sudah sangat menggelisahkan, saya tidak bisa lagi merasa diam adalah pilihan," tambahnya.

Ikut demo RUU Pilkada, Reza Rahadian ternyata seorang cucu pejuang.

Melansir dari TribunMedan.com, Reza Rahasian adalah merupakan cucu dari Francisca Fanggidaej, pejuang perempuan yang namanya hilang dari sejarah.

Hal itu diungkap oleh penulis Kalis Mardiasih lewat media sosialnya.

Baca Juga: Reza Rahadian sampai Arie Kriting Demo Putusan MK di DPR, Sindir Kelakuan Wakil Rakyat Nyanyikan Lagu ‘Agak Laen’

Kalis mengatakan Reza Rahadian adalah cucu Fransisca Fanggidae, tokoh perempuan pergerakan Indonesia dan eksil 1965.

"Tiga kali Reza berperan sebagai Habibie dalam Habibie dan Ainun, dan meninggalkan kesan yang teramat mendalam saat berperan sebagai HOS Tjokroaminoto dalam Tjokro.

Reza adalah aktor pemeran tokoh Biru Laut di film pendek Laut Bercerita, yang diadaptasi dari novel karya Leila Chudori tentang penghilangan paksa aktivis 1997-1998.

Hari ini Reza tidak menjadi Habibie, Tjokro atau Biru Laut. Hari ini Reza menjadi dirinya sendiri," tulisnya.

Menurutnya, Reza adalah sosok seniman sejati.

"Reza tidak butuh bayaran mahal untuk mau berjoget di panggung saat para elite sedang mengemis suara rakyat.

Reza turun ke jalan, dengan dorongan akal sehat, saat derita rakyat sudah naik le leher.

Reza Rahadian bilang, MK sedang berjuang mengembalikan nobility-nya. Tapi Reza hari ini, berusaha mengembalikan kepercayaan kita semua tentang beginilah kesenimanan itu. Kesenian masih bisa jadi simbol perlawanan pada kesewenangan dan kawan untuk rakyat yang tidak bisa memberikan apa-apa selain solidaritas."

"Setelah beberapa tahun belakangan kita melihat para seniman gincu berpesta bersama para bandit kekuasaan.Matur nuwun, Reza Rahadian. Bangga Film Indonesia!," pungkasnya.

Lantas siapakah sosok Francisca Casparina Fanggidaej?

Melansir dari Kompas.com, Francisca Fanggidaej adalah nenek dari aktor Reza Rahadian.

Baca Juga: Emosi Lihat Huru-hara RUU Pilkada, Reza Rahadian Ikut Demo di Depan Gedung DPR, Orasinya Menohok Banget: Anda Ini Wakil Siapa?

Francisca turut berjuang demi kemerdekaan Indonesia sejak usianya masih muda.

Namun, namanya jarang ditemukan dalam jajaran pejuang perempuan Indonesia, karena memang tidak diberi tempat oleh rezim Orde Baru.

Hidupnya penuh lika-liku, Francisca Fanggidaej mengalami masalah besar usai mengikuti peristiwa G30S 1965, yang diklaim didalangi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).

Karena latar belakang politik dan stigma komunis yang melekat padanya, Francisca Fanggidaej sempat "hilang" pada masa pembersihan unsur-unsur PKI oleh rezim Soeharto.

Ia bahkan tak bisa pulang ke Indonesia saat mengemban misi di luar negeri.

Ia pernah ditolong oleh Fidel Castro (diktator Kuba), menjadi eksil selama hampir 40 tahun, dan baru bisa pulang ke Indonesia pada 2003.

Francisca Casparina Fanggidaej lahir pada 16 Agustus 1925, di Noel Mina, Pulau Timor.

Ia merupakan putri dari pasangan Magda Mael dan Gottlieb Fanggidaej, seorang kepala pengawas Burgerlijke Openbare Warken (sekarang Dinas Pekerjaan Umum).

Pekerjaan sang ayah membuat Sisca -panggilan akrab Francisca Fanggidaej- dan keluarganya kerap dipanggil "Belanda Hitam", karena statusnya secara hukum sama dengan orang Belanda.

Kegelisahan dalam dirinya itulah yang menumbuhkan kesadaran antikolonialisme dan membuatnya terjun langsung untuk berjuang demi kemerdekaan bangsa Indonesia.

Pada masa pendudukan Jepang, Sisca mulai aktif terlibat diskusi dengan pemuda-pemuda Maluku.

Baca Juga: Diam-diam Ngefans Agnez Mo, Inul Daratista Girang Bukan Main Bisa Foto Bareng sang Idola: 22 Tahun Baru Kesampaian

Dilansir dari Kompas.com, Ita Fatia Nadia, peneliti sejarah di Ruang Arsip dan Sejarah (RUAS) Perempuan, menyebut Francisca Fanggidaej berperan penting dalam upaya diplomasi di masa kemerdekaan.

Ita mengungkap peran Francisca mulai awal kemerdekaan, seperti menghadiri Kongres Pemuda Indonesia I di Yogyakarta (November 1945), hingga perannya sebagai anggota DPR-GR (1957).

Kongres itu melahirkan Pemuda Sosialis Indonesia dan Badan Kongres Pemuda Indonesia (BKPRI) yang mewadahi seluruh organisasi kepemudaan.

Dalam naungan BKPRI, Sisca — saat itu berusia 20 tahun — dan Yetty Zain kemudian menjalankan siaran Radio Gelora Pemuda di Madiun untuk melawan propaganda NICA.

"Tugas utamaku mengurusi siaran dalam bahasa Inggris dan Belanda," kata Sisca dalam memoarnya, Perempuan Revolusioner (2006).

Dua tahun kemudian, 1947, Sisca dipercaya sebagai delegasi Pesindo untuk menghadiri acara World Youth and Students Festival di Praha, Cekoslowakia.

Acara ini digelar oleh World Federation of Democratic Youth (WFDY) dan International Union of Students (IUS). Dia berangkat bersama dua rekannya dari Pesindo.

Perjuangan nenek Reza Rahadian pun begitu panjang dan penuh lika-liku.

Sekembalinya ke Indonesia, Francisca menemukan dirinya terlibatkan secara fait accompli, katanya dalam Peristiwa Madiun 1948.

Francisca akhirnya ditangkap oleh TNI dan dipenjara di Gladak, Surakarta.

Ia lolos dari hukuman mati lantaran sedang hamil anaknya yang pertama — Nilakandi Sri Luntowati saat itu.

Baca Juga: Kiky Saputri Dibikin Gemas dan Haru saat Pertama Kali Lihat Video Putri Syahrini dan Reino Barack: Ya Allah Wajahnya..

Suaminya yang pertama, Sukarno (yang dipanggil Mas Karno), ditembak mati bersama Amir Sjarifuddin dan beberapa nama lainnya pada 19 Desember 1948.

Sempat memimpin Pemuda Rakyat, lalu SOBSI, dan Gerakan Wanita Indonesia, Francisca kemudian terjun sebagai jurnalis menjelang Konferensi Asia Afrika (1955).

Diawali sebagai wartawan Kantor Berita Antara, dia bersama beberapa wartawan kemudia mendirikan Indonesian National Press Service (INPS)

Dalam perjalanannya, Francisca kemudian diangkat sebagai anggota DPR-GR oleh Presiden Sukarno, dari golongan wartawan.

Sayangnya kiprah Fracisca ini tak ditulis dalam sejarah.

Namanya seperti dihilangkan dari sejarah resmi semenjak Orde Baru, karena latar belakang politiknya dan peristiwa G30S.

(*)