“Sampai ke beberapa dokter, dan akhirnya dokter diagnosa autism spectrum disorder, speech kurang, aktif iya, tapi sosialisasi susah,” kata Minda.
Sampai saat ini, Minda masih rutin mengajak Sigra untuk melakukan terapi dan sejumlah perawatan khusus untuk anak berkebutuhan khusus.
“Ke dokter terapi wicara, diet, lumayan banget hasilnya.”
“Setelah terapi membaik, tapi kalau sembuh 100 persen enggak ya, tetap beda sama anak lain.”
“Cara ngomong susah sekali, sampai sekarang belum lencar,” kata Minda.
Menjalani peran sebagai orangtua tunggal dari seorang anak autisme bukan perkara sederhana.
Apalagi, tak sedikit masyarakat awam yang belum memahami betul bagaimana berinteraksi dengan anak-anak berkebutuhan khusus.
Meski demikian, Minda memiliki pesan khusus untuk para orangtua yang mungkin saja memiliki situasi yang sama dengannya.
“Jangan malu,” pesan Minda.
“Karena yang sering terjadi itu orangtua malu punya anak berkebutuhan khusus,” katanya.
“Kalau orangtua malu, si anak jadi gak diapa-apain, kalau cepat-cepat diterapi kan progresnya akan baik sih,” kata Wina Natalia.
“Anak berkebutuhan khusus itu kan bukan aib ya, itu tetap anak kita,” tegas Wina. (*)