Laporan wartawan Grid.ID, Dewi Lusmawati
Grid.ID- Memiliki pekerjaan mapan dan mengumpulkan harta berlimpah, agaknya jadi mimpi semua orang.
Kebanyakan orang bekerja keras agar bisa mengubah nasib kehidupan ekonomi keluarga.
Namun sebuah kisah inspiratif datang dari seorang mantan sekretaris.
Alih-alih mewariskan semua hartanya pada keluarga dan orang terdekat, ia justru melakukan hal berbeda.
Luangkan Waktu Untuk Menonton Film Avengers, Boy William Malah Kesal
Dilansir Grid.ID dari artikel Indy100 terbitan 7 Mei 2018, Sylvia Bloom adalah seorang sekretaris dibidang hukum.
Ia menghabiskan sebagian besar kehidupannya dengan bekerja secara profesional pada pengacara di New York, Amerika Serikat.
Keluarga dan teman-temannya mengenal Sylvia sebagai wanita yang hemat.
Ia pilih naik bus dan kereta daripada membeli mobil untuk bepergian dari rumahnya yang sederhana ke tempat kerja.
Melly Goeslaw Menangis Saat Sampaikan Sumbangan yang Terkumpul untuk Palestina
Setelah lulus sekolah ia selama 67 tahun, bekerja untuk firma hukum Cleary Gottlieb Steen & Hamilton.
Dari situ, Silvia perlahan-lahan mengumpulkan kekayaan.
Namun sebuah hal tak terduga terjadi ketika ia meninggal di usia 96 tahun.
Alih-alih mewariskan kekayaannya pada keluarga dan orang terdekat, Sylvia memilih untuk menyumbangkannya.
Tak Punya Biaya, Pengungsi Rohingya Jual Barang Sumbangan Untuk Kebutuhan
Ia memberikan sumbangan $ 6,24 juta (Rp 88 miliar) yayasan Henry Street Settlement.
Henry Street Settlement adalah lembaga layanan sosial nirlaba yang mendistribusikan beasiswa dan bantuan kepada orang-orang yang kurang beruntung.
Jumlah yang disumbangkan Sylvia adalah nilai sumbangan yang terbesar dalam 125 tahun organisasi itu berdiri.
Keponakan Sylvia, Jane Lockshin mengatakan kepada media bahwa tidak ada yang tahu bibinya adalah seorang jutawan.
Salut! Nikita Mirzani Lakukan Hal Ini untuk Beri Sumbangan
"Dia adalah seorang sekretaris yang banyak mengurusi bisnis bosnya, termasuk investasi pribadi mereka.
Jadi ketika bos akan membeli saham, dia akan melakukan pembelian untuknya, dan kemudian membeli saham yang sama untuk dirinya sendiri.
Tetapi dalam jumlah yang lebih kecil karena dia bekerja sebagai sekretaris.
Saya baru menyadari dia memiliki uang jutaan dan dia tidak pernah menyebutkan sepatah kata pun tengang hal itu.
Katanya Demi Sumbangan Amal Tapi Mungkin Caranya Yang Dianggap Keteralaluan
Saya pikir ia merahasiakannya," ujar Jane Lockshin.
Keponakan Sylvia menjelaskan bahwa bibinya adalah seorang yang hemat.
Ia digambarkan sebagai pribadi yang tidak boros dan tetap rendah hati meski ternyata memiliki kekayaan luar biasa.
Jane menduga bahwa suami Sylvia yang telah meninggal di tahun 2002 kemungkinan juga tak tahu kekayaan bibinya itu.(*)