Laporan Reporter Grid.ID, Irene Cynthia Hadi
Grid.ID - Gunung Merapi baru saja mengalami erupsi pada Jumat (11/5/2018) pagi.
Gunung api aktif yang terletak di Kabupaten Boyolali, Magelang, Sleman serta Klaten itu mengeluarkan asap setinggi 5.500 meter dari puncak kawah.
Sebelum letusan, terdengar suara gemuruh yang kemudian diikuti dengan keluarnya asap selama 5 menit.
Akibat kejadian ini, 5 obyek wisata di Yogyakarta dan sekitarnya serta Bandara Adi Sucipto ditutup untuk sementara waktu.
Berbeda dengan letusan-letusan sebelumnya, letusan Merapi kali ini ternyata merupakan letusan freatik.
Apa itu letusan freatik? Apakah letusan ini berbahaya?
BACA JUGA: Unggah Foto Penyiksa Polisi di Rusuh Mako Brimob, Postingan Krishna Murti Bikin Netizen Murka
Dilansir dari Volcanoes US GS Government, letusan freatik merupakan letusan gas dan asap serta material.
Jenis letusan ini terjadi saat air di bawah tanah memanas akibat magma, lava atau batu-batu panas dan endapan di bawah gunung berapi.
Akibatnya, air di bawah tanah mendidih dan menyembur keluar.
BACA JUGA: Pasca Erupsi Vulkanik, Pendakian Gunung Merapi Ditutup Sementara Waktu
Air itu juga membawa uap panas, abu dan kerikil-kerikil kecil sehingga timbullah letusan freatik.
Dilansir dari Wikipedia, saat letusan freatik terjadi, gunung biasanya tidak akan mengeluarkan lava.
Letusan freatik juga bisa membuat gunung berapi mengeluarkan gas beracun seperti Hidrogen Sulfida dan Karbon Dioksida yang bisa membunuh manusia.
Salah satunya adalah letusan freatik di Kawasan Gunung Berapi Dieng, Jawa Tengah pada tahun 1979 silam.
BACA JUGA: Gunung Merapi Erupsi, Waspadai 3 Dampak Debu Vulkanik Bagi Kesehatan
Saat itu, letusan freatik menyebabkan keluarnya gas karbondioksida murni yang membunuh 149 jiwa.
Setelah kejadian itu, Kawah Sileri Dieng juga pernah meletus pada tahun 2017 dan 2018 ini.
Selain Dieng, beberapa gunung berapi di dunia yang pernah mengalami letusan freatik adalah Gunung Krakatau, Kilauea di Hawaii dan Ontake di Jepang.
(*)