Find Us On Social Media :

Penyintas Wanita Tragedi Hiroshima dan Politik Bantuan Amerika Serikat

By Aditya Prasanda, Sabtu, 12 Mei 2018 | 17:01 WIB

Kota Hiroshima sesaat setelah ledakan bom terjadi

Para penyintas mendapatkan pelayanan gratis dari Rumah Sakit Mount Sinai di New York.

Tim Bedah RS Mount Sinai melakukan 140 operasi selama 18 bulan.

Dan kala itu, berbagai media berebut menyoroti kehadiran para penyintas Hiroshima di Amerika.

Pertemuan yang canggung

Bulan Mei 1955, sebelum operasi mereka rampung total, Tanimoto dan para penyintas Hiroshima muncul dalam acara televisi NBC, This is Your Life.

Acara ini kerap memberikan kejutan bagi para tamu dengan mendatangkan secara diam-diam orang spesial dalam kehidupan mereka.

Host acara itu membawa istri dan anak-anak Tanimoto ke dalam studio.

Beberapa penyintas juga tampil di acara itu, sementara beberapa yang lain menyelinap di balik layar berlatar alasan melindungi penampilan fisik para penyintas.

Momen paling mengejutkan ialah ketika pilot yang terlibat dalam pengeboman Hiroshima, Robert Lewis turut dihadirkan dalam acara tersebut.

Untuk pertama kalinya, Tanimoto dan para penyintas Hiroshima bertemu dengan orang yang menjatuhkan bom, menghancurkan kota mereka, membuat mereka cacat, dan menghilangkan nyawa keluarga dan karib mereka.

Robert Lewis canggung bukan kepalang berhadapan dengan para penyintas bom yang ia jatuhkan.

Terlepas dari pertemuan emosional itu, acara ini berfokus pada penggalangan dana bagi para wanita penyintas Hiroshima dan mendorong pemirsa televisi menyalurkan sumbangan untuk mereka.

Media Amerika dan permintaan maaf yang nihil

Paska acara This is Your Life, publik AS seakan teralih perhatiannya dari rasa bersalah, karena telah menyelamatkan para penyintas dari tragedi berdarah yang mereka ciptakan sendiri.

Beberapa penyintas bahkan melontarkan rasa terima kasih yang terlalu berlebihan pada  Amerika Serikat karena mendampingi proses pemulihan luka mereka (sekalipun tidak akan pernah pulih).

Dan satu hal luput, tenggelam bersama sorak sorai kepahlawanan AS yang mendonorkan bantuan bagi para penyintas: pemerintah AS tidak pernah meminta maaf atas salah satu tragedi pembunuhan massal paling mengerikan sepanjang peradaban manusia tersebut. (*)