Grid.ID - Kapolri Jendral Tito Karnavian menyebut pelaku utama teror bom di tiga gereja Surabaya adalah Ketua Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Surabaya dan melibatkan keluarganya.
Menurut Tito, pelaku satu keluarga yang terdiri D (ayah) yang melibatkan istrinya (berinisial P) dan empat orang anaknya.
Pelaku D diduga menjadi pengebom bunuh diri di gereja Pantekosta dengan menggunakan kendaraan roda empat Avanza.
Sedangkan istrinya dan dua anak perempuannya menjadi pengebom bunuh diri di gereja GKI.
Sementara, dua anak lelakinya (berumur 18 dan 16 tahun) diduga menjadi pembom bunuh diri di gereja Santa Maria.
Baca juga : Teror Bom Surabaya, Ternyata Mbah Mijan Pernah Meramalkannya
Polisi pun telah menggeledah sebuah rumah di Kawasan Wonorejo Asri, Rungkut, Surabaya, Minggu (13/5/2018) malam.
Rumah ini adalah rumah yang dihuni oleh keluarga pelaku.
Keluarga Dita Supriyanto dikenal tertutup oleh para tetangga.
Tinggal di Perumahan Wisma Indah Jalan Wonorejo Asri XI Blok K Nomor 22, keluarga tersebut jarang bersosialisasi dua tahun terakhir.
"Orangnya tertutup. Identitas dia tidak pernah ditunjukan. Bahkan kepada RT," kata Adi saat ditemui di rumahnya, Minggu (13/5/2018) dan dikutip dari Tribunnews. Informasi soal Dita hanya diketahui cari cerita para tetangga.
Baca juga : Tidak Disangka, Ini Dia Pelaku Bom Surabaya!
Adi, misalnya, tahu bahwa orang tua dari salah satu pasangan istri itu berasal dari Banyuwangi dan tidak tahu detail tentang latar belakang lain dari mereka.Di luar itu, Adi mengenal Dita sebagai orang yang baik.Tak tampak ada perilaku radikal darinya, juga keluarganya.Meski tak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar dua tahun terakhir, ia menunjukkan gelagat yang baik setiap kali keluar rumah.
"Jarang ketemu. Kalau ada kumpul-kumpul RT, dia tak pernah datang," ungkapnya.
Perilaku serupa juga ditunjukkan oleh sang istri dan anak-anaknya.Menurut Adi, sejak dulu, istri dan anak-anak pelaku tidak pernah berkumpul dengan warga sekitar.
Baca juga : Sedih, Sempat Digandeng, Kakak Adik Jadi Korban Bom Teroris...Mereka cenderung tertutup hidup di dalam rumah jika tak ada kegiatan keluar kampung."Rumah itu tidak ada yang pernah masuk. Dia kalau ke rumah saya, saya persilakan. Tapi dia tidak pernah (mengajak orang ke rumahnya)," tutur dia.Pernah suatu ketika Adi punya perlu dengan Dita.
Ia pun mendatangi rumahnya tetapi rumah selalu dalam keadaan terkunci.Nyaris tak ada gelagat yang menunjukkan keluarga Ditta berpaham radikal.Sang istri, yang dalam pengeboman menggunakan cadar, berpenampilan normal saja sehari-hari."Pakai kerudung, iya. Tapi tidak pakai cadar," tutur Adi.
Baca juga : Berduka Atas Insiden Bom Surabaya, Emil Dardak Minta Masyarakat Bersatu Melawan TerorismePernah dua tahun lalu rumah Dita dipakai untuk latihan silat orang-orang dari luar.Adi mengetahuinya dari laporan satpam.Ia pun tak pernah mengganggap hal itu sebagai hal yang mencurigakan.Sebagai warga kampung itu, Dita bekerja tak tetap.Dia pernah bekerja sebagai pembuat jamu. Kemudian, ia menjadi pembuat minyak kemiri."Dulu pernah limbahnya dibuang di got. Tetangga-tetangga marah," tambahnya.
Baca juga : Adipati Dolken Komentari Teror Bom di Surabaya, Jadi Ikut Sedih!
Selain Adi, warga lain pun sempat tidak percaya, bahwa sosok pemilik rumah itu merupakan terduga peledakan bom di tiga gereja di Surabaya, yang terjadi pada Minggu (13/5/2018) pagi.
"Secara langsung tatap muka sih enggak pernah, tapi kata orang-orang sini mereka sering ngobrol juga dengan para tetangga, jadi bukan pribadi yang tertutup juga," ujar salah satu warga setempat, Lyla, Minggu (13/5/2018) malam yang dikutip Kompas.com.
Hal yang sama juga diutarakan oleh Armuji, Ketua DPRD Surabaya yang kebetulan memiliki usaha tak jauh dari tempat tinggal terduga peledakan bom tersebut.
"Saya sendiri enggak tinggal di sini, tapi saya sering ke sini karena punya usaha di sini. Tadi kebetulan sama Bu Risma (Tri Rismaharini, Walikota Surabaya) dan Pak RW, diajak mendampingi saat penggeledahan dilakukan oleh aparat," tutur Armuji.
Baca juga : Turut Berduka dengan Tragedi Bom di Surabaya, Prisia Nasution Himbau Masyarakat agar Tetap Bersatu
"Saya sendiri tahunya Dita ini, dia seorang pengusaha. Itu rumahnya sendiri, dan kalau nggak salah sudah sekitar 12 tahun dia bersama keluarga tinggal di situ," jelasnya.
Armuji sendiri mengaku, kurang begitu akrab dengan sosok Dita.
Hanya saja, ia mengetahui dari penuturan warga sekitar, Dita tak berbeda dengan warga di sana pada umumnya.
"Dari penuturan Pak RW tadi, dia juga sering shalat berjamaah, ikut pengajian yang ada di kampung, sama orang sekitar juga mau ngobrol," kata Armuji.
"Istrinya juga sehari-hari enggak pake cadar, biasa aja. Makanya, Pak RW dan saya tadi sempat sedikit kaget, begitu polisi menunjukkan bahan dan bom rakitan juga barang bukti lain dari penggeledahan di dalam rumah," lanjut dia.
Armuji lantas mengimbau kepada masyarakat untuk lebih waspada dengan lingkungan sekitar dan tetap menjaga suasana tetap kondusif.
"Kalau dulu kan, orang-orang seperti itu kebanyakan bercadar, jenggot panjang, celana cingkrang, tapi sekarang kan enggak. Makanya, harus tetap waspada meski tidak boleh berburuk sangka terlebih dahulu," pungkasnya. (*)
Baca : 5 Saksi Bom Surabaya, Melihat Tiga Wanita Berjalan Cepat ke Arah Gereja