Laporan Wartawan Grid.ID, Elizabeth Ayudya RR
Grid.ID - Indonesia tengah berduka.
Baru-baru ini, beberapa peristiwa tragis menyita perhatian dan mengundang rasa takut bagi masyarakat Indonesia.
Diawali dengan kasus kericuhan di Mako Brimob yang menggugurkan lima anggota Polri dan disusul peledakan bom di Surabaya dan Sidoarjo.
Dua kasus di atas terjadi dengan jarak waktu yang sangat singkat.
BACA: Indonsia Diserang Teroris, Nafa Urbach Doakan Presiden Joko Widodo
Melihat kasus-kasus di atas yang menyisakan kenangan pedih, Mei pun seolah menjadi bulan yang penuh duka.
Jika kita tilik kembali pada sejarah peristiwa Indonesia, beberapa kejadian menyedihkan memang terjadi di bulan Mei.
Berikut rentetan kejadian menyedihkan di bulan Mei yang berhasil dirangkum Grid.ID.
1. Penembakan Trisakti
Dua puluh tahun lalu, 12 Mei 1998, peristiwa mencekam dan berdarah terjadi di kampus Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat.
Kejadian tersebut terjadi saat mahasiswa melalukan demonstrasi menentang pemerintahan Soeharto.
Empat mahasiswa tewas dalam penembakan terhadap peserta demonstrasi yang melakukan aksi damai, yaitu Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Heri Hartanto, dan Hendriawan Sie.
BACA:Aksi Nekat Polisi Selamatkan Bocah Setelah Ledakan Depan Mapolrestabes Surabaya
Sementara itu, dokumentasi Kontras menulis, korban luka mencapai 681 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Tragedi Trisakti menjadi simbol perlawanan mahasiswa terhadap pemerintahan orde baru yang telah berjalan selama kurang lebih 31 tahun.
Demonstrasi mahasiswa di Universitas Trisakti merupakan rangkaian aksi mahasiswa yang menuntut reformasi sejak awal 1998.
Penembakan terhadap mahasiswa diketahui tidak hanya berasal dari aparat keamanan yang berada di hadapan peserta demonstrasi.
Dalam berbagai dokumentasi televisi, terlihat juga tembakan yang dilakukan dari atas fly over Grogol dan jembatan penyeberangan.
Aparat keamanan menembak dengan menggunakan peluru karet dan peluru tajam.
Dikutip dari Kompas, sebanyak empat mahasiswa Trisakti menjadi korban serangan peluru tajam aparat.
Misteri penembakan Trisakti masih menyelimuti sejarah kelam Indonesia, mengingat hingga saat ini pemerintah tidak dapat mengungkap penembak misterius (petrus) yang mengunggakan peluru tajam untuk menjatuhkan mahasiswa.
Empat mahasiswa yang tewas dalam tragedi 12 Mei 1998 dikenang sebagai pahlawan Reformasi.
2. Gempa Yogyakarta
Beralih dari reformasi, pada periode pertama kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, masyarakat Indonesia harus kembali merasakan kepedihan.
Kali ini, duka yang dirasakan Indonesia bukan karena kerusuhan, melainkan bencana alam.
Pada 27 Mei 2006, gempa bumi tektonik kuat mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Gempa berkekuatan 5,9 SR tersebut berlangsung kurang lebih pukul 05:55 selama 57 detik.
Peristiwa itu mengakibatkan banyak rumah dan gedung perkantoran yang roboh, rusaknya instalasi listrik dan komunikasi.
Dilansir dari Tribunnews, total korban meninggal akibat gempa 27 Mei 2006, tercatat mencapai 5782 orang lebih, 26.299 luka berat dan ringan.
Sementara itu, 390.077 lebih rumah roboh.
3. Kericuhan dan Penyanderaan di Mako Brimob
Kerusuhan dan penyanderaan di Mako Brimob Depok yang terjadi pada Selasa (8/5) dini hari hingga Kamis (10/5).
Sebanyak 5 orang polisi dan 1 napi terorisme tewas.
Menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono, kericuhan tersebut bermula seusai maghrib.
Saat itu seorang terdakwa kasus terorisme bernama Wawan Kurniawan alias Abu Afif menemui sipir untuk menanyakan titipan makanannya.
Ternyata, petugas sudah berganti jaga.
Titipan makanan itu disimpan oleh petugas sebelumnya.
Terdakwa lantas mengamuk karena alasan petugas yang tidak masuk akal.
Ia mengajak teman-temannya membuat kerusuhan di Blok C.
Setelah itu, dikabarkan bahwa rutan dikuasai para napi.
BACA:Turut Berduka Atas Ledakan Bom di Surabaya, Nafa Urbach Ajak Masyarakat untuk Tetap Bersatu
Napiter juga menyandera 1 polisi, Bripka Iwan Sarjana.
Kerusuhan berakhir pada 10 Mei 2018, 155 napi menyerah tanpa syarat.
Pasca kericuhan tersebut, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM menyatakan pindahan para narapidana teroris dari Rumah Tahanan Negara (Rutan) Mako Brimob Depok telah menempati tiga Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
4. Bom di Surabaya
Belum genap sepekan kericuhan di Mako Brimob yang menewaskan 5 anggota Polri, serangan bom bunuh diri terjadi di tiga Gereja di Surabaya.
Ledakan bom di Surabaya tersebut pertama terjadi di Gereja Santa Maria Tak Bercelah Ngagel pukul 07.30 WIB, disusul dengan ledakan di GKI Jalan Diponegoro pukul 07.35 WIB, dan Gereja Pantekosta Jalan Arjuna pukul 08.00 WIB.
Update Kompas (13/5) pukul 23:17, jumlah korban meninggal dunia bertambah menjadi 14 orang.
BACA:Berduka Atas Insiden Bom Surabaya, Emil Dardak Minta Masyarakat Bersatu Melawan Terorisme
Korban ke-14 adalah Nathanael (8), adik dari Vicencius Evan (11) yang juga meninggal karena ledakan bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela.
5. Ledakan Bom di Sidoarjo dan Polrestabes Surabaya
Masih di Jawa Timur, ledakan bom kembali terjadi di Sidoarjo, tepatnya di Rusun Wonocolo, Taman Sidoarjo, Sabtu (13/5).
Peledakan bom dilakukan oleh sekeluarga yang tinggal di lantai 5 blok B nomor 2.
Mereka adalah Anton Febrianto (47), istrinya bernama Puspitasari (47) dan empat orang anak mereka yang berusia 17 hingga 10 tahun.
Dilansir dari Tribunnews, ledakan bom menewaskan Puspitasari dan anak pertamanya.
Sementara Anton terpaksa dilumpuhkan petugas saat masih memegang switching.
Tiga jenazah, Anton istri dan anak pertamanya dievakuasi ke RS Bhayangkara Surabaya, Senin dinihari sekitar pukul 01.30 WIB.
Termasuk sejumlah barang bukti lain juga sudah diamankan dan dibawa oleh Brimob.
Pagi ini, satu bom kembali meledak di depan mako Polrestabes Surabaya pada pukul 08.50 WIB.
BACA:6 Fakta Ledakan Bom Motor di Mapolrestabes Surabaya, Pelaku Memakai Motor Matic
Hal ini dibenarkan oleh Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mengera seperti diberitakan KompasTV, Senin (14/5/2018).
Hak hidup merupakan hak asasi manusia yang paling mendasar.
Pertumpahan darah akibat kejadian-kejadian di atas mengundang keprihatian dan luka mendalam bagi masyarakat Indonesia.
Semoga semua segera tuntas. (*)