Grid.ID - Polrestabes Surabaya diguncang bom bunuh diri pada Senin pagi (14/5) kemarin.
Penyelidikan polisi kemudian mengungkapkan bahwa pelaku bom bunuh diri di Polres Surabaya satu keluarga.
Dalam satu keluarga itu terdiri dari :
1. Ayah, bernama Tri Murtiono2. Istri, Tri Ernawati 3. Anak, MDA4. Anak, MDS5. Anak, AAP
BACA : Perampok Bersenjata Dilumpuhkan oleh Seorang Ibu yang Ternyata Polisi Sedang Tak Bertugas
Keempat pelaku bom bunuh diri di polres Surabaya dinyatakan tewas di tempat.
Sedangkan AAP anak bungsu pelaku yang terekam video berdiri sesaat setelah bom meletus, selamat.
Dalam video kejadian terlihat AAP terhuyung-huyung kebingungan setelah bom meledak.
Ia kemudian digendong oleh salah satu petugas polisi untuk diselamatkan.
"Untuk saat ini anak pelaku sedang dirawat intensif di RS Bhayangkara," kata Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Frans Barung Mangera di Media Center Polda Jatim seperti dikutip dari Tribun Video.
BACA : Menunduk dan Berjongkok, Risma Terpukul Ketika Mendapat Kabar Ledakan di Mapolrestabes Surabaya
Usut punya usut keluarga pengebom polres Surabaya tinggal di jalan Tambak Medokan Ayu VI, Surabaya.
Sang kepala keluarga, Tri Murtiono saban harinya berprofesi sebagai pengusaha teralis besi.
Tri dan keluarganya baru tinggal empat bulan di rumah kontrakannya tersebut.
Suwito, ketua RT/RW 08/02 tempat pelaku tinggal mengatakan Tri Murtiono adalah pribadi yang tertutup.
Tri hanya sesekali ikut kegiatan warga macam siskamling.
"Orangnya biasa aja, kesehariannya interaksi juga kurang, jadi tertutup," ujar Suwito seperti dikuti dari Tribun Jatim.
Suwito juga mengungkapkan kelakuan janggal Tri Murtiono dan sekeluarga.
Mereka kerap pergi keluar rumah selepas maghrib.
"Setahu saya mereka justru keluar. Setelah magrib keluar dan gak tahu pulangnya kapan," kata Suwito.
Ditambah jarang tetangga melihat ada tamu menyambangi rumah kontrakan Tri Murtiono.
"Tidak pernah mengundang orang, di samping itu (rumah) ada musala dan gak pernah terlihat (ada kegiatan perkumpulan)," jelas Suwito.
Rumah kontrakan dua lantai yang didiami Tri sekeluarga disewa seharga Rp 32 juta setahunnya lewat jual beli online.
Namun pembayaran uang kontrakan belum lunas.
"Ngontrak dua tahun seharga Rp 32 juta tapi baru dibayar sekitar Rp 16 sampai 20 juta."
"Lewat jual beli online, ketemu sekali sama pemilik rumahnya," ujar Hamid Ketua RW 02 Medokan Ayu seperti dikutip dari Tribun Video.
Pada hari ini, Selasa (15/5) tim Densus 88 melakukan penggeledahan rumah Tri Murtiono.
(*)