Grid.ID - Serangan bom yang terjadi di Surabaya pada Minggu (13/5/2018) menyisakan duka bagi keluarga korban.
Ada banyak kisah yang terkuak usai ledakan di tiga gereja di Surabaya.
Salah satunya yaitu Sri Pudjiastuti (67) korban meninggal akibat ledakan bom di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS).
Sri meninggal dalam keadaan 95 persen tubuhnya menderita luka bakar.
(BACA JUGA : Kadir Ungkap Kondisi Terakhir Gogon Sebelum Wafat, 'Pucet, Mukanya Bengkak-bengkak' )
Hal tersebut diceritakan oleh keponakannya, Tri Nuryani (57).
Nur bercerita bahwa dia menemani korban saat menjalani perawatan medis di RSAL Dr Ramlan, Jawa Timur.
Serpihan bom, diceritakan Nur, telah melukai sekujur wajah dan bibinya yang tengah bersantai di teras Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS).
"Saya menemani bibi saya, 95 persen tubuhnya kena luka bakar akibat bom," jelas Nur dikutip Grid.ID dari TribunSolo.com.
(BACA JUGA : Tak Miliki Empati, Kepala Sekolah di Pontianak Justru Lecehkan Korban Bom Surabaya )
Selain itu, sebelum meninggal Sri menyampaikan pesan terkahirnya.
Hal itu juga diceritakan oleh Nur.
Sri berpesan agar dimakamkan di tempat kelahirannya.
"Almarhumah sering berpesan kepada kami kalau nanti terjadi apa-apa pada dirinya untuk dibawa pulang ke Solo," kata Nur dikutip Grid.ID dari Kompas.com.
(BACA JUGA : 4 fakta Ais, Anak Pelaku Bom di Mapolrestabes Surabaya yang Selamat )
Tak seperti korban lainnya yang disemayamkan di Adi Jasa, Surabaya, jenazah Sri dibawa pulang ke kampung kelahirannya di Solo.
Sri dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bonoloyo, Kadipiro, Banjarsari, Solo.
Saat pemakaman bukan keluarga saja yang menghadirinya.
Teman-teman gereja korban dari Surabaya juga mengikuti pemakaman Sri.
(BACA JUGA : Penuh Haru, Kisah 4 Anak Pelaku Bom yang Selamat dari Ledakan )
Ada sekitar 50 orang teman satu gereja ikut mengantar jenazah Sri hingga tiba di Solo. (*)