Find Us On Social Media :

Tolak Doktrin Sang Ayah Hingga Memilih Hidup dengan Caranya Sendiri, Inilah 6 Fakta AR, Anak Pelaku Bom Bunuh Diri di Sidoarjo

By Septiyanti Dwi Cahyani, Rabu, 16 Mei 2018 | 09:13 WIB

Suasana Rusun Wonocolo, Sidoarjo

Grid.ID - Peristiwa meledaknya bom bunuh diri di Surabaya masih menjadi pembicaraan publik.

Tak hanya jadi sorotan media, tampaknya pihak kepolisian juga harus bekerja keras untuk mengusut kasus ini secara tuntas.

Pasalnya, ini bukanlah kali pertama Indonesia digegerkan dengan kasus ledakan bom bunuh diri.

Apalagi dengan adanya lima ledakan bom dalam dua hari berturut-turut.

Pasca ledakan bom di Gereja yang ada di wilayah Surabaya, beberapa jam kemudian terjadi ledakan lagi di sebuah Rusunawa yang ada di wilayah Wonocolo, Sidoarjo, Jawa Timur.

Belum selesai ketakutan masyarakat Jawa Timur, keesokan harinya ledakan kembali terjadi di area Mapolrestabes Surabaya.

Semua pelaku merupakan satu keluarga.

BACA JUGA Kerabat Ungkapkan Pesan Terakhir Sri Pudjiastuti, Korban Ledakan Bom di Surabaya

Kenyataan ini membuat masyarakat semakin geram dan mengecam tindakan biadab ini.

Bagaimana mungkin ada orangtua yang tega mengajak anak-anaknya untuk bunuh diri.

Di antara serentetan bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya dan Jawa Timur, banyak yang menyoroti latar belakang kehidupan para pelaku bom bunuh diri.

Salah satunya adalah keluarga bom bunuh diri Sidoarjo yang berinisial AR.

Melansir dari beberapa sumber, Grid.ID telah mengumpulkan beberapa fakta mengejutkan tentang AR.

1. Didoktrin Sejak Kecil

Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin membocorkan cara orangtua mendoktrin anak-anaknya, dikutip Grid.ID dari Tribunnews (15/05/2018).

BACA JUGA Selama Dua Tahun Terakhir Keluarga Pelaku Peledakan Bom Jarang Bersosialisasi Dengan Tetangga

Pendoktrinan itu dilakukan dengan cara mencekoki anak-anak mereka dengan video jihad secara rutin untuk membentuk ideologi anak.

Cara ini dilakukan oleh semua pelaku karena mereka satu jaringan.

2. Menolak Doktrin Ayahnya

AR menolak doktrin kebohongan orangtuanya yang dilakukan untuk adik-adiknya.

Di mana mereka diminta untuk mengaku belajar dengan cara home schooling saat ditanyai oleh tetangga.

Padahal kenyataannya mereka tidak sekolah.

Ternyata usaha ini dilakukan agar anak mereka tidak berinteraksi dengan orang lain.

BACA JUGA Salah Satu Followers Kunto Aji Beri Kesaksian Soal Keluarga Pelaku Ledakan Bom Bunuh Diri di Surabaya

3. Memilih Hidup Berbeda

Berbeda dari adik-adiknya dan anak pelaku bom lainnya, AR lebih memilih hidup dengan caranya sendiri.

Ia memilih untuk tetap bersekolah hingga hidup dengan sang nenek.

4. Menolak Diajak Jihad

Dikutip dari Tribun Bali terbitan Selasa (15/05/2018), AR mengaku jika ayahnya sering mengajaknya berjihad.

Namun, ia selalu menolak karena merasa tidak sesuai dengan pemikirannya.

AR juga menganggap apa yang dilakukan sang ayah justru bertolak belajang dengan ajaran islam.

5. Rakit Bom dari Internet

BACA JUGA Bocah Perempuan yang Selamat Dalam Ledakan Bom Mapolrestabes Surabaya Anak Salah Satu Teroris

Saat dikunjungi oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian AR menceritakan kehidupan sehari-hari ayahnya.

Dalam kesempatan itu AR turut mengkonfirmasi soal bom yang meledak di kediamannya.

Menurut AR, bom tersebut merupakan hasil rakitan sang ayah.

AR mengatakan jika selama ini ayahnya belajar merakit bom melalui internet dan Youtube.

6. Sempat Menghindari Ledakan

Seperti takdir yang sudah sengaja digariskan.

AR yang biasanya tinggal dengan neneknya saat itu sedang berada di kediaman orangtuanya di mana lokasi ledakan terjadi.

BACA JUGA Roni Faisal, Sosok Polisi yang Melakukan Aksi Heroik Selamatkan Anak Pelaku Ledakan Bom di Mapolrestabes Surabaya

Ketika bom hendak diledakkan, AR sempat mengindar sehingga ia bisa selamat dan hanya mengalami luka sedikit.

AR kemudian menyelamatkan kedua adik bungsunya yang terluka dan melarikan kedua adiknya ke rumah sakit.(*)