Find Us On Social Media :

'Saya Hampir Jadi Teroris' Begini Kisah Pengakuan Seorang Wanita yang Hampir Terjerumus Aliran Sesat

By Dewi Lusmawati, Kamis, 17 Mei 2018 | 14:05 WIB

Ilustrasi

Laporan wartawan Grid.ID, Dewi Lusmawati

Grid.ID- Sejumlah serangan teroris di Indonesia yang terjadi beberapa hari belakangan telah menimbulkan keresahan masyarakat.

Mau tak mau masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan dan berupa mengantisipasi agar serangan tak berulang.

Tentu hal ini terasa tidak nyaman.

Bukan hanya bagi masyarakat yang berusaha melindungi lingkungan sekitarnya, tapi juga pada orang-orang yang dikira sebagai teroris yang bisa membahayakan.

Banyak orang yang penasaran dengan para pelaku teror.

BACA: Tak Ikut Bernyanyi saat Ibadah di GPIB Bandung, Seorang Pria Dikira Teroris, Ternyata ini Faktanya

Mulai dari bagaimana mereka bisa menjadi teroris hingga apa alasan yang mendasari serangan teror.

Sebuah kisah tak terduga dibagiakan oleh sebuah akun Facebook.

Pasalnya, dalam sebuah unggahan, akun tersebut membagikan kisahnya yang hampir menjadi teroris.

Dilansir Grid.ID dari TribunJabar.ID Kisah tersebut dibagikan oleh akun Facebook Yunita Dwi Fitri pada 14 MEi 2018, pukul 23.58 WIB.

Tujuan Yunita Dwi Fitri membagikan kisah 12 tahun yang lalu ini karena ia peduli dengan Indonesia.

BACA: Kisah Penangkapan Terduga Teroris di Probolinggo dan Tangerang

Ia menceritakan saat itu umurnya 22 tahun dan tengah menyelesaikan tugas akhir kuliah.

Saat diperjalanan dari kampus menuju kosan ia dihampiri seorang perempuan yang mengaku baru lulus SMA.

Yunita Dwi Fitri menyebut perempuan ini Anna.

Saat itu, Anna meminta bantuan Yunita karena sedang mencari kosan.

Karena, kosan Yunita masih kosong, ia tanpa ragu mengajak Anna ke kosannya.

BACA: 4 Fakta Teroris yang Serang Mapolda Riau, dari Identitas Hingga Surat Wasiat

Tak ada yang aneh dengan penampilan Anna, ia mengenakan kemeja, rok panjang, dan tidak berhijab.

Yunita menilai ada gelagat aneh Anna ketika sudah sampai di kosannya.

Bukannya menemui pemilik kos, Anna malah meminta minum dan duduk di dalam kamar Yunita.

"Meski aneh kelakuannya, saya enggak ada takut sedikitpun dengan anak ini," tulis Yunita.

Anna melihat Alquran yang tengah terbuka di atas sajadah.

BACA: Gegara Serangan Teroris, Situs Traveling Keluarkan Peringatan

Ia bertanya apakah Yunita senang membaca Alquran.

Yunita mengiyakan pertanyaan Anna.

Setelah itu, Anna mengatakan esok hari akan datang ke kosan Yunita lagi bersama temannya dengan dalih belajar tafsir Alquran.

Yunita mulai curiga karena tujuan awal Anna adalah mencari kosan tetapi menawari belajar tafsir.

Namun karena rasa penasaran, Yunita menerima tawaran tersebut.

BACA: Ditembak Mati, Terduga Teroris Penyerang Mapolda Riau Tinggalkan Sepucuk Surat, Apa Isinya?

Keesokan harinya, Anna datang lagi bersama temannya yang disebut Yunita bernama Tari.

Tari mengenakan jilbab putih, kemeja putih, dan celana bahan warna hitam.

Ternyata, Tari ini jago berbicara, setiap perkataannya ditata rapi.

Tari menginstruksikan Yunita membuka Alquran dan membahas ayat demi ayat.

Namun, Tari mengajari hal mengerikan dan aneh.

BACA: 3 Fakta Ipda Auzar, Anggota Polisi Yang Meninggal Ditabrak Terduga Teroris di Mapolda Riau

Ia mengatakan membunuh orang kafir adalah halal, berjihad itu sulit dan akan dimusuhi oleh keluarga sendiri.

Tari juga mengatakan misi jihad ini dilakukan sembunyi-sembunyi agar terlaksana dengan baik.

Tak sampai di situ, Tari mengajak Yunita untuk belajar lebih lanjut di kosannya.

Yunita takut diajari hal yang tidak benar namun, ia masih penasaran.

Keesokan harinya Anna menjemput Yunita dan mengajak ke kosan Tari yang jaraknya tidak jauh dari kosannya.

BACA: Terduga Teroris Penyerang Mapolda Riau Gunakan Pedang Samurai untuk Lukai Polisi

Yunita mulai curiga, kamar tersebut berukuran 3x3, tanpa kasur, hanya ada lemari dan tikar.

Kemudian, Anna menutup jendela dan mengunci pintu kosan tersebut.

Tari mengajari sebuah ideologi menggunakan papan tulis.

Tidak seperti rencana awal, Tari tak membuka Alquran sekali pun.

Ia menganalogikan sebuah sopir yang salah mengendarai mobil dan masuk jurang maka penumpang di mobil tersebut akan mati semua.

BACA: Beredar Video Detik-detik Penyerangan Terduga Teroris di Mapolda Riau

"Kemudian menggambarkan sebuah apel busuk ketika ada didalam kulkas bersama apel-apel yang baik, maka apel yang baik akan tertular busuk," begitulah ucapan Tari yang diceritakan Yunita.

Misi kelompok Tari dan Anna adalah membangun Negara Islam Indonesia.

Bahkan, Tari meminta Yunita dibaiat di Cimahi dengan membawa uang Rp 400 ribu.

Tari mengajari untuk mendapat uang tidak apa kalau berbohong kepada orang tua.

Setelah itu, Yunita seperti dicuci otak tetapi ia masih bisa mencari pertolongan.

BACA: Warga Ungkap Lokasi Baku Tembak Densus 88 Dengan Terduga Teroris di Surabaya Merupakan Kos-Kosan

Ia bertemu dua perempuan yang 'menyelamatkannya'.

"Setelah saya memutuskan gak mau datang ke ajakannya untuk dibay'at beberapa minggu kemudian saya bertemu lagi dengan Anna di jalan Sekeloa, tiba-tiba dia berjilbab dan pura-pura ga liat seperti ketakutan."

"12 tahun sudah berlalu, sekarang Indonesia sedang darurat teroris, dan saya percaya ini bukan cuma sekedar isu.. Sekarang Tari-Tari lain banyak kita temui di sosmed.. jangan biarkan mereka semakin berkembangDemi NKRI. Demi Agamaku." pesan Yunita.

Sementara itu dikutip dari Abc.net.au, pengamat politik dan Islam Indonesia dari Australian National University (ANU) di Canberra, Greg Fealy mengatakan bahwa bibit radikal dapat dihentikan jika ada saluran politik yang sehat.

Semakin banyak kita melibatkan orang-orang dengan berbagai pandangan ke dalam sistem politik untuk menyampaikan suara serta memberikan kesempatan, maka semakin kecil kemungkinan mereka untuk melakukan aksi radikal."

BACA: Terjadi Aksi Baku Tembak Densus 88 dan Terduga Teroris, Satu Orang Tewas

Kondisi di Indonesia hari ini lebih memungkinkan bagi semua kalangan untuk terlibat politik yang sehat.

"Tapi ada sebagian kecil yang juga menolak apa yang disebut demokrasi dan ingin menggantinya dengan sistem lain."

"Seberapapun pluralisnya sebuah negara, tetap akan selalu ada sejumlah kecil yang menolak pandangan ini."

Dalam amatan Greg, toleransi di Indonesia mengalami peningkatan secara umum dalam kurun 10 tahun terakhir.

Namun di saat yang bersamaan, intoleransi juga meningkat, terutama di kalangan Muslim kelas menengah di kota-kota besar, yang menurutnya berperan menyingkirkan Ahok dari dunia politik.

BACA: Kunjungi Rumah Penghadang Teroris di Gereja, Tri Risma Harini: Bapak Kamu itu Pahlawan Nak!

"Data ini kompleks, karena tidak menunjukkan satu arah saja, tapi ada tren berbeda pada sejumlah kelompok warga."

"Secara keseluruhan warga Indonesia lebih toleransi saat ini dibandingkan 10 tahun," tambahnya.(*)