Joanna biasa 'berburu' pada malam hari.
Dengan pakaian kamuflase dan berebkal teropong termal, granat dan kudapan dia siap menghabisi nyawa pejuang ISIS dari tempat-tempat sepi.
(BACA JUGA : Pesan Ramadhan Donald Trump Gegerkan Umat Muslim Dunia )
Joanna memang berbeda dengan wanita pada umumnya.
Joanna kecil memiliki pengalaman buruk di pengungsian.
Mentalnya terbentuk dealam kerasanya perjuangan keluarganya, yaitu orang-orang Kurdistan dalam peperangan di Irak.
Saat usianya empat tahun, Joanna sempat diungsikan ke Denmark agar mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
(BACA JUGA : 4 Ciri Calon Teroris Menurut Sofyan Tsauri, Mantan Teroris Al Qaeda, Inikah Profesi yang Paling Rawan Terpapar Paham Radikal? )
Namun, keinginannya untuk menguasai senapan tak kuasa ditepis ketika kakeknya mengajak berlatih menembak pada usia sembilan tahun.
Joanna meninggalkan bangku kuliah dan pergi ke Irak pada 2014.
"Para penempur ISIS adalah mesin pembunuh, namun sejujurnya amat mudah untuk menjatuhkan mereka," ucap Joanna dikutip Grid.ID dari Daily Mail.
Pimpinan ISIS tak tinggal diam ketika mengetahui bahwa Kurdi memiliki mesin pembunuh ini.